Lihat ke Halaman Asli

agoeng widyatmoko

Pengusaha pengolah cerita untuk beragam media

Berhaji dengan Senang Hati (Bagian Delapan - Pahami Kondisi Cuaca)

Diperbarui: 16 Juni 2022   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana masih sejuk ketika matahari terbit. Namun, di atas pukul 9 pagi, cuaca cukup terik hingga sore hari.  Dokpri

Sebelum berangkat, biasanya setiap jamaah sudah diwanti-wanti dengan kondisi yang ada di Tanah Suci. Jika jatuh pada musim panas, cuaca bisa sangat terik dan biasanya jamaah diingatkan akan untuk mencegah terjadinya heatstroke atau kepanasan yang berlebih.

Sebaliknya, saat masuk musim yang dingin, jamaah pun diminta untuk membawa perlengkapan untuk menghangatkan badan.

Saat mendampingi orang tua atau lansia, anjuran ini jangan sampai tidak dipahami. Justru ini adalah kunci "bertahan" yang paling harus dimengerti. Sebab, perbedaan suhu di Indonesia dengan di Tanah Suci bisa sangat ekstrem.

Lalu, apa yang harus disiapkan?

  • Coba akses beberapa website perkiraan suhu. Akses selama masa tanggal keberadaan kita di sana. Setidaknya---meski masih perkiraan---ini bisa jadi patokan dasar untuk mengetahui kondisi cuaca saat kita berada di sana.
  • Bekal kacamata penahan panas dan semprotan air jadi andalan. Meski musim dingin sekali pun, saat siang di sana biasanya cuaca tetap terik. Jadi, membawa kacamata hitam agar tidak silau dan semprotan air untuk menyejukkan wajah yang terpapar sinar matahari sangat membantu.
  • Lakukan uji kondisi. Minta orang tua atau lansia untuk keluar sebentar dari tempat tinggal untuk merasakan sendiri cuaca sekitar. Ini penting untuk merasakan apakah akan maju terus atau sementara bertahan di hotel terkait cuaca. Dengan merasakan sendiri, orangtua bisa memutuskan tanpa merasa dilarang-larang.
  • Jangan terjebak dengan kondisi yang merasa baik-baik saja. Biasanya, karena merasa kondisi "aman", kita sering kali merasa bebas melakukan apa saja, terutama mengejar pahala sunnah. Salah satu kebiasaan ini adalah merasa tenang ketika tidak haus. Padahal, suhu yang panas membuat tubuh bisa kehilangan cairan sangat banyak. Biasakan selalu cek suhu di aplikasi atau di pengumuman di sekitar masjid (biasanya ada beserta jam digital, berapa suhu saat itu dan berapa suhu yang dirasakan, dan ini biasanya lebih panas dari suhu aslinya). 
  • Biasakan terus minum air putih (biasanya zamzam) yang bersuhu biasa, meski yang dingin lebih menggoda. Minimal 2 liter per hari. Air ini penting untuk menjaga suhu tubuh agar tetap stabil dan mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline