Anda pasti sudah tidak asing dengan nama Spongebob bukan? Benar, serial animasi ciptaan Stephen Hillenberg ini menjadi salah satu tayangan anak-anak terpopuler di dunia. Karakternya yang unik dan konyol menjadi magnet bagi penonton untuk selalu menyimak kisahnya. Spongebob yang selalu ceria ini hidup sebagai koki di sebuah Restoran Krusty Krab.
Diceritakan bahwa sosok spongebob ini tinggal di kota bernama Bikini Bottom, yaitu manifestasi dari bebatuan karang Bikini Atoll yang berada di Samudera Pasifik. Spongebob sendiri merupakan salah satu jenis hewan laut yang diketahui memiliki manfaat, hewan tersebut adalah spons laut dengan salah satu manfaatnya yaitu menjadi obat dari penyakit yang banyak ditemukan, terutama di Indonesia.
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Dalam setiap pergantian musim, terdapat satu musim peralihan yang disebut dengan pancaroba. Pada musim pancaroba ini, suhu serta kelembaban dari lingkungan dapat berubah drastis setiap harinya, dengan ditandai dengan keadaan cuaca yang tidak menentu, membuat banyak orang dengan imun yang urang kuat mudah terkena penyakit. Salah satu penyakit yang paling sering menyerang manusia, terutama masyarakat Indonesia adalah diare.
Apa itu diare?
Diare --orang jawa biasanya menyebutnya mencret-- merupakan buang air besar yang terjadi pada bayi, anak-anak, serta orang dewasa, dengan frekuensi tiga kali sehari bahkan lebih. Penyakit diare ini disebabkan oleh lingkungan yang kurang higienis akibat air yang tercemar. Selain faktor lingkungna, makanan yang dikonsumsi sehari-hari juga dapat menjadi sumber dari penyakit ini. Gejala yang banyak ditemukan pada orang-orang yang terjangkit diare diantaranya pucat, demam, mual hingga muntah, hingga dehidrasi. Dehidrasi dapat terjadi akibat keluarnya cairan tubuh yang berlebihan, apabila dehidrasi yang disebabkan oleh diare tidak segera ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Menurut laporan yang dikutip dari WHO, terdapat hampir 1,7 milyar penderita setiap tahunnya. Tercatat banyak kasus kematian pada anak di bawah lima tahun atau balita akibat penyakit ini. Sekitar 80% atau 760.000 dari jumlah kasus kematian terjadi pada anak usia balita per tahunnya dengan rata-rata serangan diare pada anak mencapai 3,3 kali setahun akibat beberapa diantaranya adalah gejala dehidrasi. Penyakit ini timbul akibat bakteri E. Coli yang menyebar dan/atau berkembang di air serta makanan yang tidak higienis, atau pada lingkungan yang kotor dan tidak terawat.
Cara menangani gejala dehidrasi adalah dengan banyak mengkonsumsi makanan bergizi, serta minum air bersih yang cukup. Sedangkan salah satu cara paling mudah untuk menangani kasus penyakit diare adalah dengan meminum antibiotik. Sayangnya, beberapa dari penelitian menunjukkan bahwa antibiotik tidak dapat mencegah atau mengurangi resiko penyakit lain seperti meningkatkan status gizi atau mencegah dehidrasi. Penggunaan antibiotik justru dapat menimbulkan efek sebaliknya, penderita diare justru dapat semakin buruk kondisinya akibat intensitas diare yang semakin parah, hal ini dapat menimbulkan efek akhir yang fatal.
Antibiotik merupakan suatu obat dengan fungsi sebagai penekan serta penghambat proses biokimiawi dalam tubuh, terutama proses infeksi akibat bakteri. Antibiotik terpisah menjadi beberapa golongan berdasarkan keefektifannya dalam melawan bakteri. Ada yang hanya bisa membunuh bakteri gram positif atau bakteri gram negatif, ada pula yang memiliki cakupan efektifitas lebih luas. Oleh pemaparan itulah, dengan melimpahnya sumberdaya yang ada di Indonesia, para ilmuan sedang mengembangkan obat untuk melawan bakteri penyebab diare yang diharapkan dapat menggantikan antibiotik dengan bahan dasar kimia buatan. Salah satunya adalah spons Dysidea sp. dapat digunakan sebagai alternatif anti bakteri pada penyakit diare.
Spons Dysidea sp. sebagai alternatif antibiotik berbasis bahan alami
Spons memiliki senyawa aktif dengan jumlah lebih banyak dibandingkan oleh senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat. Senyawa aktif dengan sifat bioaktif ini mampu memproduksi bermacam-macam metablit sekunder dengan potensi tinggi sebagai antibakteri. Kandungan senyawa aktif berupa kstrak etil asetat pada spons Dysidea sp. dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri E. coli hingga konsentrasi uji 25% serta bakteri S. aureus. sampai angka konsentrasi uji 3,125%.
Sayangnya, tidak seperti obat herbal pada umumnya yang dapat diolah dan ditemukan bahan bakunya dengan mudah, obat diare dari spons laut harus diolah terlebih dahulu dengan proses yang baik dan benar. Proses pengolahan harus dilakukan secara profesional, mengingat penyakit yang akan ditangani oleh obat ini juga bukan penyakit sepele. Tidak hanya proses pengolahannya, taham penangkapan atau pengumpulan spons juga harus dilakukan dengan teliti dan benar agar tidak merusak ekosistem yang ada di sekelilingnya.