Lihat ke Halaman Asli

Agnisa Masayu

Mahasiswa D4 Teknologi Radiologi Pencitraan Universitas Airlangga

Membangun Budaya Islami di Sekolah melalui Interaksi Sosial

Diperbarui: 4 Juni 2024   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar di dunia, yang terdiri dari bermacam suku, budaya, agama, dan bahasa. Terdapat enam agama yang diakui resmi oleh pemerintah. Indonesia dengan mayoritas penduduk menganut agama islam, sehingga budaya keagamaan sangat melekat di berbagai bidang salah satunya bidang pendidikan. Terbukti dengan banyaknya sekolah swasta atau negeri dengan mayoritas murid beragama islam. Interaksi sosial tidak bisa terlepas dari dunia sekolah. Sekolah umum yang mayoritas muridnya beragama islam, tentunya harus memiliki kesadaran akan batas-batas interaksi, terutama yang menyangkut hubungan dengan lawan jenis. Sekolah bukan hanya tempat untuk menimba ilmu, tetapi juga tempat untuk berinteraksi dengan guru dan teman-teman sebaya. Membangun hubungan yang harmonis tentunya harus ada batasan ataupun tata cara berinteraksi yang benar.

Zaman sekarang banyak yang tidak mengerti bagaimana seharusnya bersikap terhadap teman sejawat. Interaksi di dunia pendidikan oleh kalangan murid tidak boleh meninggalkan nilai-nilai islami yang terkandung dalam agama. Budaya islami di sekolah adalah gagasan atau fikiran manusia yang bersifat abstrak kemudian diaplikasikan atau diwujudkan melalui tindak tanduk atau perilaku manusia yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan. Warga sekolah yang memiliki sikap berbeda maka terbentuk juga berbagai macam pola interaksi yang tidak semuanya terbalut dengan budaya-budaya islami, tetapi sudah benar dalam pandangan orang awam. Salah satu tugas yang diemban oleh pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai luhur budaya islam kepada murid dalam upaya membentuk kepribadian intelek yang bertanggung jawab melalui jalur pendidikan.

Kuatnya arus sosial dengan tidak diimbangi bekal yang kuat akan membuat porak poranda tatanan budaya islam. Salah satunya adalah lunturnya unsur islami yang menjadi tolak ukur dalam berinteraksi. Persimpangan jalan antara tren sosial dengan tidak meninggalkan nilai-nilai islami atau mengikuti kuatnya arus tanpa adanya penyaringan, membuat para murid lebih memilih interaksi dengan aturan yang tidak mengikat. Lunturnya budaya islam dalam interaksi sosial di sekolah bukan lagi menjadi perbincangan hangat. Tipisnya batasan dalam pergaulan antar murid, terutama laki-laki dan perempuan.  Hal tersebut bisa melahirkan pergaulan bebas yang memberi dampak negativ terhadap lingkungan sosial di sekolah, yaitu hilangnya norma-norma keagamaan. Memudarnya norma maupun adab murid terhadap guru juga menjadi masalah karena hilangnya unsur-unsur islami. Bentuk relasi dan interaksi sosial-edukatif yang akrab dan penuh kekeluargaan antara guru dan murid ini sangat bermanfaat bagi murid karena hal itu akan menjadi model dalam pergaulan sehari-hari murid dengan teman-temannya dan lingkungannya. Membangun budaya islami dengan adab pergaulan yang terjadi di sekolah umum dengan mayoritas muridnya beragama islam, bukan suatu perkara yang mudah. Membutuhkan kerjasama seluruh warga sekolah. Semua masyarakat di sekolah ikut bertanggung jawab terhadap interaksi sosial yang terjadi di sekolah. Perbedaan lawan jenis, serta adab antara guru dan murid, kesenjangan usia antara guru dan murid juga merupakan masalah yang harus dipikirkan, karena budaya mereka sudah tidak sama lagi. Akan tetapi semua itu harus dikembalikan lagi kepada dasar-dasar interaksi sosial dalam hubungan di sekolah melalui ajaran agama islam.

Sekolah umum mayoritas muridnya beragama islam, tidak memiliki sistem pemisahan terhadap murid lawan jenis, pasti memiliki pola interaksi yeng berbeda. Hal tersebut membuka kesempatan bagi murid untuk memiliki interaksi yang lebih dalam. Batasan dan aturan tidak lagi menjadi acuan dalam pergaulan. Hal-hal yang dianggap wajar dalam pergaulan antar lawan jenis padahal perilaku tersebut sebenarnya bertentangan dengan nilai-nilai islami. Kurangnya pengetahuan, pemahaman, serta penguatan karakter pada setiap murid yang melatar belakangi tipisnya batasan-batasan dalam bergaul. Interaksi antara laki-laki dan perempuan di sekolah memiliki batasan-batasan yang tidak boleh diabaikan dan disepelekan. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan sampai melampaui batas, maka akan mengarah pada perilaku menyimpang dan pergaulan bebas. Pergaulan bebas yang dimaksud adalah berbaurnya kaum lelaki dan perempuan yang bukan mahram di suatu tempat di mana mereka dapat saling memandang, memberi isyarat, berbicara, bahkan saling bersentuhan dan berlanjut kepada perbuatan negatif yang diharamkan. Segala etika pergaulan dengan lawan jenis pasti sudah diatur dalam al-qur'an.

Berikut merupakan adab-adab bergaul dengan lawan jenis sesuai dengan prinsip islam; mengenakan pakaian sesuai dengan syariat, Ummu Syafa Suryani Arfah dalam bukunya menjelaskan bahwa aurat adalah bagian tubuh manusia yang dilarang untuk diperlihatkan, kecuali apa yang diperbolehkan Allah dan rasul-Nya, atau juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang jika ditampakkan akan menimbulkan aib. Islam mewajibkan umatnya untuk berbusana sesuai dengan syariat. Terdapat perbedaan yang sangat jelas antara aurat laki-laki (muslim) dengan aurat wanita (muslimah) dalam hukum islam, aurat laki-laki cukup sederhana, berdasarkan ijma ulama, auratnya sebatas antara di atas pusar dan kedua lutut (bayn alsurrat wa al-ruqbatayn). Aurat wanita adalah segenap tubuhnya kecuali muka, telapak tangan dan telapak kakinya. Selanjutnya, antara murid laki-laki dan perempuan tidak boleh berduaan, dalam islam tidak ada larangan untuk bergaul dengan lawan jenis, akan tetapi tetap waspada dan berhati-hati agar tidak menimbulkan fitnah. Interaksi yang biasa terjadi di sekolah karena sudah menjadi budaya seperti ke kantin berdua dengan bukan mahram, memiliki hubungan yang lebih dari teman, berangkat sekolah, dan pulang sekolah bersama. Hal tersebut merupakan gambaran umum murid yang sering terjadi, dimana batas-batas pergaulan menjadi tidak wajar dan melanggar prinsip islam. Selan itu, antara murid laki-laki dan perempuan diharuskan untuk menjaga pandangan, 'cuci mata' merupakan istilah yang terkenal dalam dunia sekolah, yang merupakan tren untuk melepas stres, menghibur diri, dan bahkan dengan sengaja memandangi crush (seseorang yang diidolakan atau dikagumi) dengan perasaan yang bergejolak. Saling mencuri pandang atau bahkan dengan sengaja saling bertatap antar lawan jenis bisa menimbulkan syahwat yang berujung pada zina. Pandangan tersebut tidak menjadi masalah jika hanya sekilas atau tidak sengaja. Terakhir adalah tidak bersentuhan. Adab yang benar ketika berinteraksi dengan lawan jenis adalah tidak bersentuhan. Hal tersebut merupakan salah satu larangan tetapi masih sering terjadi di sekolah. Sudah seharusnya murid mengetahui dan memahami bahwa bersentuhan dengan lawan jenis adalah terlarang dalam syariat islam. Siswa harus menghindari hal itu agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dan terhindar dari dosa.

Interaksi sosial terhadap lawan jenis di sekolah dengan tidak menginggalkan unsur nilai islami akan meminimalisir pergaulan bebas yaitu berbaurnya kaum lelaki dan perempuan yang bukan mahram di suatu tempat di mana mereka dapat saling memandang, memberi isyarat, berbicara, bahkan saling bersentuhan dan berlanjut kepada perbuatan negatif yang diharamkan.

REFERENSI

Alawiyah, S., Handrianto, B., & Rahman, I. K. (2020). Adab Berpakaian Wanita Muslimah Sesuai Tuntunan Syariat islam. Rayah Al-islam, 4(02), 218-228.

Aslammiyah, A., & Sobari, H. A. (2018). Implementasi Budaya Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa SMPN 1 Babakan Madang. E-Jurnal Mitra Pendidikan, 2(11), 1307-1322.

HANIFAH, F. N. (2018). PENERAPAN PEMISAHAN KELAS ANTARA SISWA PUTRA DAN PUTRI DALAM UPAYA PEMBINAAN AKHLAK DI MTS SURYA BUANA MALANG (Doctoral dissertation, IAIN Kediri).

Hidayati, A. (2019). Pengaruh Pemahaman Etika Pergaulan dengan Lawan Jenis dalam Islam Terhadap akhlak pergaulan pada murid kelas VIII MTs N 1 Semarang. Skripsi, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline