Keajaiban dua langkah bersamaan. Seorang ibu yang menantikan kelahiran buah hatinya, tanpa menyadari bahwa ada dua jiwa kecil yang siap memasuki dunia, meski selama kehamilan ia sama sekali tidak mengetahuinya.
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau dan pegunungan, seorang wanita bernama Alina sedang menjalani masa kehamilan yang penuh harapan. Tentu, karena sebelumnya ia pernah mengalami 3 kali keguguran, dan harapannya untuk menjadi seorang ibu tampak semakin tipis.
Namun, takdir Tuhan memang sulit dipahami, kali ini Alina diberi kesempatan untuk hamil lagi setelah melalui berbagai rintangan yang tak kunjung reda. “Sungguh, Tuhan Maha Baik, selalu memberikan kesempatan kepadaku tanpa henti,” batinnya penuh syukur.
Hatinya kembali dipenuhi harapan, namun juga ketakutan yang mendalam. Meskipun demikian, ia tidak membiarkan perasaan itu menghalanginya. Ia menjalani kehamilan ini dengan penuh kehati-hatian, berusaha menjaga diri dan janinnya sebaik mungkin. Tak lupa suami yang selalu menjaga dan mensupport untuknya.
Hari demi hari ia lalui dengan rutinitas yang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Alina menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Setiap pagi, sebelum matahari sepenuhnya terbit, ia dengan tekun menyiram tanaman di kebun kecilnya yang selalu dirawatnya dengan baik.
Lalu ia menyapu halaman rumahnya agar terlihat rapi dan bersih. Sambil menyelesaikan pekerjaannya, ia menikmati pemandangan hamparan sawah yang asri dan hijau di sekeliling rumahnya. Tak lupa ia berbicara kepada calon bayinya. "Nak, semoga kamu tumbuh sehat dan kuat, aku sudah menantimu," ujarnya lembut sambil mengelus perutnya.
Selama kehamilan, Alina sama sekali tidak pernah melakukan pemeriksaan USG. Karena pada zaman dahulu, teknologi medis tidak secanggih seperti sekarang ini. Di pedesaan tempat mereka tinggal, tidak ada fasilitas untuk melakukan USG. Alat tersebut hanya tersedia di rumah sakit yang terletak di kota-kota besar, yang sangat sulit dijangkau oleh penduduk desa. Pada waktu itu, satu-satunya pemeriksaan yang tersedia di pedesaan hanyalah pemeriksaan detak jantung bayi.
Walaupun hanya itu, Alina dan suami rutin setiap bulannya pergi ke bidan terdekat untuk menjalani pemeriksaan tersebut. “Sayang.. bulan ini adalah bulan ke 3 usia kehamilanmu, besok kita periksa ya”. “Baiklah, suamiku,” jawab Alina dengan senyuman, merasa bersemangat menghadapi pemeriksaan itu.
Hari esok pun tiba, mereka bergegas menuju tempat yang akan mereka kunjungi. Disana, mereka betemu dengan seseorang bernama Larasati. Beliau adalah bidan yang selama ini memeriksa kandungan Alina. “Pagi ibu..” ucap Alina sambil melangkah masuk ke ruangan bidan Larasati. “Pagi.. ayo silahkan duduk,” jawab Larasati ramah. “Terimakasih,” sahut Alina dan suaminya serentak.
Mereka berbincang-bincang sejenak sebelum memulai pemeriksaan, dan prosesnya pun berjalan lancar. “Bayinya sehat ya bu, detak jantungnya pun normal,” ujar Larasati dengan senyum. Alina dan suaminya merasa lega dan bahagia mendengar kabar baik itu. Rasa syukur mengisi hati mereka, sementara harapan untuk menyambut si kecil semakin menguat.
Bulan demi bulan mereka lalui, tak pernah sekalipun melupakan pemeriksaan kandungan Alina. Ia sering kali merasakan gerakan kecil di perutnya, tetapi dia tidak pernah membayangkan bahwa ada lebih dari satu kehidupan yang berkembang di dalamnya.