Pasuruan - Halo Kompasianer! Apakah kamu suka menonton drama Korea? Jika iya, pasti kamu sudah tahu dong tentang drama Korea terbaru yang sedang hits, yaitu Twinkling Watermelon. Drama ini bercerita tentang seorang siswa SMA yang bisa bermain gitar dengan sangat baik, namun harus menahan hasratnya untuk bermusik karena orang tua dan kakaknya yang tunarungu. Suatu hari, ia terlempar ke tahun 1995 dan bertemu dengan ayahnya yang masih muda, yang juga seorang musisi. Bersama-sama, mereka membentuk sebuah band bernama Watermelon Sugar dan mengalami berbagai petualangan seru.
Twinkling Watermelon bukan hanya sekadar drama Korea yang menghibur, tetapi juga mengandung pesan-pesan penting tentang bahasa isyarat. Bahasa isyarat adalah bahasa yang digunakan oleh komunitas Tuli untuk berkomunikasi. Tidak hanya itu, bahasa isyarat juga merupakan alat bagi penggunanya untuk mengidentifikasi diri dan memperoleh informasi. Bahasa isyarat diproduksi melalui gerakan tangan (gestur) dan dipersepsi melalui alat penglihatan (visual).
Sayangnya, bahasa isyarat sering dianggap sebelah mata oleh masyarakat umum. Banyak orang yang menganggap bahasa isyarat sebagai bahasa yang kalah, kurang, atau tidak lengkap. Padahal, bahasa isyarat memiliki struktur, gramatika, dan kosakata yang sama kompleks dan kaya dengan bahasa lisan. Bahasa isyarat juga memiliki variasi dan dialek yang berbeda-beda di setiap negara, bahkan di setiap daerah.
Dalam drama ini, kita bisa melihat bagaimana bahasa isyarat menjadi jembatan komunikasi antara tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang berbeda. Misalnya, antara Ha Eun Gyeol, tokoh utama yang bisa mendengar, dengan orang tua dan kakaknya yang tunarungu. Atau antara Ha Yi Chan, ayahnya yang masih muda, dengan Yoon Chung Ah, seorang putri konglomerat yang juga tunarungu. Bahasa isyarat juga menjadi media ekspresi bagi para tokoh yang memiliki bakat musik, seperti saat mereka bermain gitar, piano, atau drum.
Dengan menonton Twinkling Watermelon, kita bisa belajar banyak hal tentang bahasa isyarat, seperti huruf abjad, angka, nama-nama buah, warna, dan lain-lain. Kita juga bisa mengenal budaya dan identitas komunitas Tuli, yang memiliki kekayaan dan keunikan tersendiri. Selain itu, film ini dikemas begitu rapi sehingga penonton dapat merasakan emosi dan perasaan para tokoh yang menghadapi berbagai konflik dan tantangan dalam hidup mereka.
Twinkling Watermelon adalah drama Korea yang patut ditonton oleh semua orang, terutama kamu yang ingin belajar bahasa isyarat. Drama ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi dan mengedukasi kita tentang pentingnya menghargai dan menghormati perbedaan. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, nonton Twinkling Watermelon di platform resmi kesayanganmu sekarang juga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H