Lihat ke Halaman Asli

Kisah Generasi Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya dilahirkan di Solo pada 31 Agustus 1995, ketika Soeharto masih menjadi Bapak negeri ini. Namun sayang, tak begitu lama, selang beberapa waktu nama beliau sebagai presiden tiba-tiba sudah  digantikan dengan nama yang lain karna justru banyaknya protes dan demonstrasi yang mewabah dari -salah satunya- kota kelahiran saya. Boleh dibilang, saya adalah generasi kelahiran orde baru dan transformasi dari bentuk suatu reformasi, tetapi kali ini saya ingin mengatakan bahwa saya dan generasi saya adalah generasi yang berbeda. Jika saya hitung, sejak pertama saya muncul di dunia hingga sekarang, sudah ada lima nama presiden beserta kebijakan apa saja yang pemimpin-pemimpin bangsa ini lakukan dalam masa jabatannya yang harus saya hafalkan saat pelajaran sejarah di sekolah digelar. Ya, harus saya menghafalkan dan memahami. Bukan lagi karna berburu nilai semata, tetapi karna janji yang pernah generasi sebelum kami katakan pada perintis bangsa ini, Soekarno, bahwa kami rakyat Indonesia berjanji untuk tidak akan pernah sekalipun melupakan sejarah yang membangun kami. Saya orang Indonesia, dan seorang Indonesia pastilah akan memegang teguh janji yang pernah diucapkannya. Orang di luar boleh saja beranggapan bahwa terlalu cepatnya kami, Indonesia, bergonta-ganti sosok pemimpin. Namun, saya rasa tidak. Kami berganti pemimpin karna memang kami, Indonesia adalah negara yang dinamis, negara yang terus berproses dari waktu ke waktu, negara yang meskipun di tempa berbagai masalah, mendapat banyak hujatan, dan bahkan menjadi negara yang belum tentu orang di seluruh dunia kenal dan tahu ini pun memiliki cita-cita dan mimpi-mimpi yang kami agungkan di atas semua hal yang mereka katakan hanya sebagai pengalih isu politik dan keinginan untuk memperebutkan kekuasaan semata. Boleh sekarang mereka bilang kami adalah bangsa yang terlalu banyak bermimpi dan menuntut, tapi lihatlah, bahkan di sela terlalu banyaknya berita dan kasus korupsi yang menjadi tontonan generasi kami, kami masih bergerak bagi Indonesia. Generasi Indonesia yang sekarang hadir bukan lagi sebagai generasi pewaris sifat buruk orde baru atau malah generasi yang disebut generasi hasil bentukan reformasi gagal. Salah. Benar yang mereka katakan bahwa generasi kami adalah generasi pemimpi. Tapi, generasi kami juga adalah generasi pencipta. Generasi kami adalah generasi yang tidak hanya akan menjadi perutuk kegelapan, tetapi juga menjadi generasi yang mampu membawa cahaya dan harapan. Jika Anda mengunjungi Indonesia, akan saya beri tahu bahwa ketika saya bahkan belum mampu lancar membaca, sering saya melihat bagaimana lucunya tokoh boneka bernama Unyil dan Pak Raden beraksi dilayar kaca menampilkan lagu-lagu anak yang rasanya mulai asing ditelinga. Sering juga saya mendengar bagaimana boneka Susan bernyanyi dan menjawab bahwa ia ingin menjadi dokter ketika ditanya apa cita-citanya. Namun sayang, sekarang sepertinya cita-cita Susan tak lagi sepenting lirik-lirik mengenai percintaan dua remaja. Apakah generasi Indonesia sekarang telah berubah menjadi generasi yang digadang-gadang akan memperjuangkan mimpi dan cita-cita bangsa namun kenyataannya justru bertolak belakang? Apakah generasi Indonesia sekarang telah menjadi generasi dengan degradasi moral yang terhanyut akan gaya hidup dan teknologi semata? Sekali lagi, tidak. Setiap orang berhak berpendapat mengenai generasi muda suatu bangsa saat ini dengan melihat dari berbagai sudut pandang dan prespektif masing-masing mereka. Boleh mereka percaya akan memburuknya generasi kita dari berita-berita tentang terlalu banyaknya tawuran antarpelajar dan berbagai hal buruk yang terjadi. Namun dibalik itu semua, akankah mereka juga tahu bahwa generasi kami juga telah menjadi generasi membanggakan yang hadir hingga kancah dunia? Membawakan tarian daerah dan angklung hingga bumi Eropa, menjadi pemenang dalam kejuaraan olahraga dan sains bahkan menjadi yang terbaik di sana, dan yang terpenting, mengibarkan juga mengenalkan Indonesia sebagai suatu bangsa yang mahsyur. Kalau kita mau menelaah, Indonesia lebih dari hanya suatu negara yang memiliki sumber daya alam yang luar biasa tersedia, akan tetapi juga memiliki potensi-potensi dahsyat pengembang sumber daya itu sendiri yakni generasi-generasi Indonesia. Yang perlu dirubah bukan lagi sumberdaya-sumberdaya yang ada, yang justru harus dirubah adalah cara pikir yang telah tertanam selama ini. Cara pikir yang harusnya tidak lagi hanya memandang secara negatif akan suatu generasi, tapi juga haruslah memandang secara poistif potensi-potensi apa saja yang mampu dikembangkan untuk memajukan dan memperbaiki Indonesia. Jika Anda mengunjungi Indonesia, maka yang akan Anda lihat ialah bagaimana Indonesia dan generasinya adalah salah satu cermin dan warisan dunia. Kenapa bisa seperti itu? Seperti yang telah kita ketahui, betapa perubahan cepat sekali terjadi pada generasi Indonesia. Tak bisa dipungkiri dan dihindari masih terlalu banyak masalah yang muncul tanpa mengenal waktu. Namun, tak bisa dipadang sebelah mata pula bahwa Indonesia dan generasinya turut tumbuh dan menjadi suatu titik sentral pembangunan bangsa. Generasi Indonesia adalah generasi pejuang. Pejuang untuk mengembalikan dan membangkitkan apa yang dulu pernah hilang. Dan lagi-lagi, boleh berkata mereka bahwa bagaimana terlalu sempurnanya Pancasila sebagai tujuan suatu bangsa. Namun, generasi Indonesia selalu berusaha mewujudkan suatu ketidakmungkinan menjadi hal-hal yang menjadi realita tak sebatas mimpi. Jika Pancasila mengisyaratkan bahwa adanya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kalau Anda dengan cermat melihat Indonesia, maka cita-cita tersebut tak hanya sebatas kata-kata yang harus dihafal. Kata-kata tersebut tak hanya akan menjadi sila ke-lima Pancasila semata. Terbukti dengan bagaimana usaha yang digalang generasi Indonesia selama ini. Indonesia Mengajar, Akademi Berbagi, Indonesia Berkebun dan berbagai aksi-aksi komunitas melalui kemampuan yang dimiliki dan keinginan mereka untuk memajukan Indonesia, perlahan mulai menampakkan hasil. Bukan motif uang, sanjungan atau bahkan kekuasaan yang menjadi tujuan. Mengembalikan Indonesia yang seharusnya, mengembalikan ke-Pancasila-an Indonesia lah yang menjadi harapan. Generasi yang mau berjuang demi bangsanya inilah generasi yang menjadi warisan dunia. Generasi yang  mau memenuhi tanggung kepada bangsanya, pada negaranya dan pada Ibu Pertiwinya. Jika Anda mengunjungi Indonesia, Anda tak hanya akan disajikan eloknya alam pegunungan terbentang membentang, hijaunya sawah bagaikan permadani, atau birunya laut berombak tenang membentur karang dan bibir pantai. Namun, terkadang Anda akan menemui bagaimana kemacetan sebuah kota, suara dan hiruk- pikuk yang terdengar nyaring dari berbagai sisi jalan, pengamen-pengamen cilik yang dengan gitarnya membelah lalu-lintas yang padat merayap. Anda akan menemukan hal itu di Indonesia. Buruk kah hal itu? Jika memandang sekilas, semrawut terlihat. Tapi, dibalik semrawutnya jalanan itu, ada mimpi dan harapan di sana. Anak-anak dan pengamen yang terlihat kumal, masih membawa mimpi mereka di balik riuhnya kota. Bekerja di pagi hari sedangkan siang menjelang menjadi murid sekolah di bawah jembatan penyebrangan milik sepasang saudara kembar yang akhir-akhhir ini sempat menhiasi layar kaca karna sekolah gratis yang mereka rintis untuk pengamen-pengamen cilik ini terpaksa ditutup karna tidak adanya ketersediaan tempat. Tapi, tak jadi soal. Mereka tetap belajar meski dengan lokasi dan waktu yang tentu. Anda akan menemui semangat belajar seperti ini di Indonesia, menemui generasi-generasinya yang tak pantang menyerah meski keterbatasan terus saja membayangi. Jika Anda mengunjungi Indonesia, akan Anda dengar syair lagu “Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” . Benarkah hal itu? Tentu saja tidak. Banyak negara memiliki sumber daya alam yang mungkin jau lebih kaya dari Indonesia, namun tak banyak negara yang memiliki sumber daya manusia seperti generasi Indonesia. Bukan hanya tanah yang menyebabkan betapa suburnya Indonesia, akan tetapi juga bagaimana kesabaran dari adiluhurnya kesabaran dan kecintaan masyarakatnya akan alam. Tak bisa dipungkiri, kelalaian genersi terdahulu akan alam yang seharusnya menjadi kawan bukan hanya menjadi objek dari ekploitasi semata telah semakin membuka wajah Indonesia. Bahwa wajah Indonesia adalah wajah dari generasi yang tak mau lagi terperdaya oleh nafsu tanpa akal. Meski kerusakan terjadi, meski banyak  hal yang harus diperbaiki, yang menjadi perhatian adalah bagaimana keinginan generasi Indonesia untuk terus mulai memperbaiki dan mengembalikan apa yang dahulu pernah dimiliki bangsa ini. Merawat dan memupuk semuanya dari awal lebih baik daripada membiarkan kehancuran semakin membabi buta tak terarah. Generasi Indonesia adalah generasi cerdas yang bercermin akan pengalaman dan hal-hal yang pernah terjadi di masa lalu untuk meraih masa depan. Bukan generasi yang semakin terlena akan kebobrokan masa lalu hingga menghantarkan bangsanya kepada kerusakan masa depan. Jika Anda mengunjungi Indonesia, jangan heran jika di suatu desa akan Anda temui bagaimana riuhnya sebuah pernikahan menjadi acara perhelatan satu kampung tanpa memandang adakah hubungan kekerabatan antarmereka. Anda akan menemui hal semacam itu di Indonesia. Meski zaman dan waktu bergulir, akar dan budaya yang telah tertanam tidak akan terkikis meskipun banyak sedimen-sedimen bukti perubahan  zaman itu sendiri mulai menimbun. Kalau Gajahmada dahulu pernah melakukan sumpah Palapa dan berkata bahwa ia berjanji tak akan menikmati kesenangan sebelum mampu mempersatukan Indonesia, maka bukan hal yang tidak  mungkin jika dengan berbagai kemudahan yang dimiliki oleh generasi Indonesia saat ini untuk mewujudkan kembali sumpah itu. Mungkin yang Anda pikirkan ketika melihat Indonesia adalah sebuah pertanyaan yang begitu mengusik. Bagaimana mungkin negara dengan lebih dari lima belas ribu pulau dan penduduk yang bermukim di berbagai tempat yang berbeda, dengan adat dan bahasa daerah yang berbeda pula mau dipersatukan menjadi sebuah negara? Mungkin jawabannya hanya akan Anda temui jika melihat generasi Indonesia itu sendiri. Generasi Indonesia adalah generasi yang memandang perbedaan sebagai penghalang. Generasi Indonesia bukan generasi dengan pemikiran dangkal yang hanya mementingkan keegoisan individu dan golongan semata. Jauh lebih dari itu, generasi Indonesia adalah generasi yang mau bertoleransi dengan akal sehat demi terwujudnya suatu perdamaian. Inilah Indonesia, inilah generasinya. Generasi- generasi yang bersatu untuk membangun bangsa dan negerinya, generasi yang mau untuk berusaha mewujudkan cita-cita negaranya. Jika Anda mengunjungi Indonesia, maka Anda akan belajar tidak hanya dalam menghargai betapa indahnya alam dan lingkungan Anda tercipta. Akan tetapi, yang juga akan Anda dapatkan adalah betapa besar keinginan generasi-generasinya untuk mewujudkan cita-cita bangsanya, memperbaiki keadaan bangsanya, dan keterbukaan mereka untuk mau merubah nasib serta tidak terkungkung akan kebobrokan yang mungkin sedang terjadi. Indonesia bukan hanya sekedar negara agraris berbasis kesejahteraan rakyat, Indonesia adalah negeri para pejuang dan pemimpi para generasi yang berani dan mau bertanggungjawab dalam pencampaian tujuan yang ada meski terkadang hal itu telihat terlalu sulit untuk dilakukan dan direalisasikan. Namun, yang pasti, seperti yang pernah dikatakan oleh seorang sastrawan, Paulo Coelho pernah berkata dalam bukunya By the River Piedra I Sat Down and Wept, “Ada penderitaan dalam hidup dan juga kekalahan. Tak ada seorang pun dapat menghindarinya. Tapi lebih baik kalah dalam beberapa pertarungan demi impian-impianmu, daripada kalah tanpa mengetahui apa yang kau perjuangkan.” Mungkin inilah yang saat ini Anda akan lihat pada generasi Indonesia. Generasi yang tengah bertarung demi bangsanya, dan selayaknya imaji bahwa Indonesia hanya memiliki cerita akan kelamnya sejarah masa lalu dan masalah-masalah yang tak kunjung habis adalahsalah. Karena jauh melebihi hal itu, jika Anda mengunjungi Indonesia, maka Anda akan mendengar pula cerita dari generasi-generasinya yang tangguh luar biasa. -AFL-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline