Menjadi seorang mahasiswi yang sedang menempuh matakuliah kependidikan tentunya memberikan banyak beragam ilmu perihal kependidikan. Membawa pengalaman pada teori pembelajaran menurut saya jauh lebih mudah dibandingkan harus mencari-cari contoh yang belum tentu pernah dialami. Beberapa waktu lalu, saat sedang mengikuti perkuliahan Pengantar Pendidikan, ada banyak hal yang begitu melekat dalam pikiran, namun kali ini hanya akan membahas satu, yaitu "Keluarga merupakan kebahagiaan yang paling sederhana dan penting"
Pada era globalisasi sekarang, tak ayal bahwa tuntutan hidup yang tinggi memaksa para orang tua bekerja 2 kali lebih masksimal dari dahulu atau malah lebih, memaksa mereka melakukan side job diluar main job mereka, mengorbankan waktu untuk diri sendiri bahkan untuk keluarga demi memenuhi kebutuhan hidup. Bukanlah sebuah hal yang patut disalahkan ketika kini banyak orang tua yang tak mengenali anak mereka, dan menggunakan sekolah sebagai wadah yang mereka percaya untuk dapat mendidik sekaligus menitipkan anak mereka.
Cukup dilematis dirasa, disatu sisi merupakan sebuah tanggung jawab dari orang tua, namun sebuah keengganan bagi anak. Keluarga merupakan hal pertama yang dikenal oleh anak, keluargalah temnpat pertama kali belajar tentang beberapa hal, keluargalah yang diharapkan selalu ada disaat anak-anak punya segudang cerita tentang hal yang baru, namun kini mungkin keluargalah yang merupakan hal terakhir yang harus diingat. Anak-anak lebih senang bertemu dan bermain dengan kawan sekolahnya dibandingkan dengan keluarganya, anak-anak jauh lebih percaya dan patuh dengan gurunya dibandingkan dengan orang tuanya sendiri. Menyakitkan mungkin memang bagi beberapa orang tua yang sedang atau telah mengalami fase seperti ini.
Para orang tua memiliki tujuan yang cukup mulia, tidak menempatkan pada kondisi sulit, menjadikan anak-anak mereka menjadi orang yang sukses, mampu bersaing pada era sekarang dsb. Namun terkadang orang tua lupa, bahwa kami anak-anak membutuhkan kasih sayang, kehangatan, perhatian dari orang tua
Saya merupakan anak perama dari empat bersaudara, dlahirkan dari keluarga yang seperti ini merupakan sebuah berkah tersendiri, memiliki orang tua yang cukup kooperatif menjadikan nilai tersendiri untuk anak-anaknya. Hidup yang dijalani memang tidak semulus lembaran kertas HVS, trapi upaya orang tua yang begitu luar biasa untuk mepermudah hidup menjadikan ini semua tidak terasa berat. Awalnya orang tua saya adalah seorang pekerja yang waktu luangnya tidak banyak, namun juga tidak sedikit, hal ini terkadang masih dimanfaatkan untuk bertemu relasi atau menjalankan hobi mereka sebagai bentuk pelepasan stress mereka. Berkembangnya saya dan adik-adik saya dalam sebuah keluarga yang awalnya diktator lalu menjadi demokratis memberikan keberanian bagi kami untuk melakukan pemrotesan peihal tersebut, ketidaksukaan kami saat ditinggal orang tua menjadi hal yang kami sering celetukkan.
Sikap yang kooperatif cukup ditunjukkan oleh orang tua, mengurangi kegiatan mereka, dan pekerjaan mereka menjadi salah satu bukti dari komitmen mereka terhadap mendidik kami. Memang tidak semua orang tua akan melakukan hal yang sama seperti orang tua kami, namun pesan saya sebagai seorang anak, "kebahagiaan bersama kami merupakan hal yang tak dapat tergantikan oleh apapun"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H