Lihat ke Halaman Asli

Fasting Combining: Puasa dan Hikmah Berpuasa Digital

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada perbedaan yang sangat terasa ketika memasuki bulan puasa kali ini dengan beberapa tahun silam. ”Terasa lebih cepat, tahu-tahu sudah magrib”. Demikian pernyataan salah seorang teman. Dan ketika ditanya mengenai alasan pernyataan diatas, tanpa berkata teman tadi hanya mengacungkan telepon genggam berteknologi digital seri ”konvergensi” ditangannya sambil tersenyum.

Silaturahmi tanpa harus bertandang ke rumah sahabat atau kerabat karena dapat diganti dengan ngobrol melalui situs jejaring sosial, bermain didunia maya dengan game online tanpa perlu kehadiran teman main, diskusi mengenai pekerjaan bersama beberapa orang sekaligus dengan menggunakan fasilitas conference, belanja, membayar iuran listrik maupun telpon dan masih banyak hal lainnya yang bisa dilakukan tanpa bergeming dari sofa ruang keluarga atau kamar tidur. Terlihat lebih efisien baik dari segi waktu, biaya maupun tenaga. Semua hal tersebut diatas bisa terselenggara berkat perkembangan teknologi digital dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang begitu cepat. Hanya dengan menggunakan gadget mungil yakni telpon genggam yang dilengkapi dengan minimal fasilitas GPRS dan berinfrastukturkan teknologi broadband maka kita bisa berselancar melintasi kwadran ruang dan waktu. Lebih hebatnya lagi, teknologi tersebut oleh sebagian masyarakat diklaim mampu menemani ngabuburit dan melewati hari-hari selama berpuasa dengan lebih mengasikkan, sehingga waktu terasa berjalan lebih cepat.

Tetapi apakah Teknologi Digital tersebut juga dapat membuat orang lebih khusuk selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini? Seperti pernah dipaparkan oleh Quraish shihab, di dalam Al-Quran ada 2 kata, yaitu SHIYAM dan SHAUM. Kedua-duanya berasal dari kata yang sama, yang artinya menahan. Orang yang menahan diri disebut Shaim. SHAUM di dalam Al-Quran berarti menahan diri untuk tidak bicara, sedangkan SHIYAM di dalam Al-Quran berarti menahan diri dari hal-hal yang buruk menurut Allah.

Dengan kata lain, puasa juga diejawantahkan sebagai mati raga, sehingga untuk hal-hal yang berbau duniawi sebaiknya dihindari selama menjalankan ibadah puasa? Bagaimana jika puasa menggunakan gadget berteknologi digital juga? Mungkin hal ini bisa menjadi wacana bagi puasa di akhir minggu anda dan akan menambah kekhusukan. Mari kita cermati, selain manfaat positif yang dihasilkan olehkemajuan TeknologiDigital dalam bidang Informasi dan Telekomunikasi, apakah ada manfaat yang dapat kita peroleh ketika kita berpuasa Digital.

Berpuasa Digital akan membantu untuk meningkatkan kesadaran betapa kita sangat tergantung dengan gadget berteknologi 0 – 1 ini dalam kehidupan sehari-hari. Merefleksikan hal tersebut membuat kita berpikir bagaimana kehidupan para nabi pada jaman dahulu, yang hidup mengandalkan pertolongan Tuhan sehingga tercipta keintiman dengan sang Khalik.

Menunggu bedug magrib sambil berjejaring sosial di tweeter atau facebook, tak bisa dimungkiri memang sangat mengasikkan. Tetapi pahamkah kita berapa banyakbandwidth yang dihamburkan? Berdasarkan data yang diperoleh dari www.checkfacebook.com, pengguna aktif Facebook Indonesia per 31 Juli 2010 adalah sebesar 26,277 orang. Seorang facebooker memerlukan sekitar 100-200kbps ketika ber-facebook- ria, maka jika dihitung secara total dengan asumsi dilakukan secara bersamaan perlu alokasi bandwidth sebesar 2,63 - 5,25Tbps, jumlah yang cukup besar. Jika dialokasikan untuk menjalankan aktivitas e-government, setara untuk meng-cover 400 kabupaten, 92 kota, 1 kabupaten administrasi, dan 5 kota administrasi di Indonesia, dengan kwalitas yang cukup bagus. Dengan puasa mesbuk maka kita juga beramal memberikan bandwidth kepada yang lebih membutuhkan.

Menanggalkan handphone selama sehari, bisa menjadi detox untuk telinga dan otak yang teradiasi oleh gelombang elektromagnet selama ini. Menutup laptop dalam 24 jam akan mengistirahatkan mata, yang teradiasi oleh kilat blinking yang dapat mencederai mata tanpa kita sadari. Dengan demikian tubuh menjadi rilex, peredaran darah semakin lancar, maka tanpa disadari kita telah melakukan relaxsasi. Selain itu, kehadiran secara nyata dan berinteraksi dengan keluarga maupun sesama, tentu akan lebih bermakna serta semakin meningkatkan kehangatan dan kualitas kebersamaan. Bagaimana? Anda berniat puasa TIK untuk menemani puasa anda diakhir pekan? Silahkan mencoba, sederhana tapi pasti bermanfaat. (Agnes Irwanti)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline