Lihat ke Halaman Asli

Menilik Arus Besar Hilirisasi dan Perdagangan Antar Daerah di Sumatera Utara

Diperbarui: 21 Maret 2019   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menilik Arus Besar Hilirisasi dan Perdagangan Antar Daerah di Sumatera Utara

Perdagangan antardaerah dari 34 provinsi di Indonesia, selain kompleks juga memiliki peran sangat besar pada Produk domestik Bruto (PDB) Indonesia. Melihat hal tersebut, Forum Merdeka Barat menggelar Diskusi Arus Besar Hilirisasi & Perdagangan Antar Daerah di Kantor Gubernur Sumatera Utara.

Acara tersebut dihadiri beberapa narasumber yaitu Rully indrawan selaku Deputi Bidang Kelembagaan Kemenkop UKM, Iskandar Simorangkir selaku Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro & Keuangan Perekonomian RI juga Sabrina, Sekda Prov. Sumut.

Berdasarkan survey Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) mengemukakan bahwa kinerja perdagangan antar daerah terus meningkat. Contohnya perdagangan antar daerah Provinsi Jawa Timur, meningkat 133,55 % dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Selain itu, neraca perdagangan antar daerah Jatim juga mengalami surplus sebesar Rp 164,49 triliun pada tahun 2017, serta surplus Rp 101,15 triliun pda semester I tahun 2018. Nah, pencapaian tersebut menurut Ketua APPSI Soekarwo di tahun 2018, tidak lepas dari strategi yang tepat & inovatif. Jadi, sudah sepatutnya kita apresiasi.

Indonesia sebagai negara kepulauan, tentu saja perlu menerapkan strategi perdagangan, yang memperkuat pasar domestik dengan model ekonomi negara kepulauan. Melihat potensi besar dari perdagangan antar daerah tersebut, Presiden Joko Widodo menaruh perhatian khusus. Jadi, dalam rapat koordinasi APPSI di Surabaya pada 21/11/2017, Presiden menekankan pentingnya koordinasi antar pusat daerah kemudian daerah dengan daerah.

Hal tersebut bertujuan agar perdagangan antar daerah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Presiden secara khusus memberikan mandat pada Kementerian Perdagangan untuk melakukan konsolidasi dalam penanganan perdagangan antardaerah.

Nah isi mandat presiden tersebut adalah pertama, menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga bahan pokok dan barang penting. Kedua, mengutamakan penyerapan produksi dalam negeri. Ketiga, meningkatkan ekspor dan menjaga neraca perdagangan. Dan terakhir keempat, membangun dan merevitalisasi pasar rakyat.

Kita harus tahu kalau setiap daerah memiliki kelebihan masing-masing. Seperti dalam hal produk, komoditi serta berbagai potensi lainnya yang dibutuhkan provinsi lainnya. Kalau bisa bersinergi, maka akan semakin baik. Oleh karena itu, perdagangan daerah tidak semata-mata terorientasi ke luar negeri, namun juga antar daerah bisa jadi prioritas.

Sejalan dengan meningkatnya perdagangan antar daerah, program hilirisasi produk unggulan daerah pun menjadi penting untuk dilaksanakan. Langkah tersebut dimaksudkan untuk menaikkan nilai tambah produk unggulan hingga ratusan persen.

Di Sumatera Utara pertumbuhan perekonomianya berada di atas nasional, yang berasal dari pertanian, perhutanan dan perkebunan. Sumatera Utara mempunyai potensi yang bagus dengan di dukung SDA yang melimpah ruah, dan berpotensi untuk terus di kembangkan. Produk unggulan Sumatera Utara diantaranya Industri Kelapa sawit, Industri Karet, Kayu, Cokelat, Kopi, Hasil laut dan Aluminium.

Produk kopi mentah di Sumatera Utara, tadinya hanya Rp 10.000, bisa naik hingga 300% setelah komoditi, diolah/disangrai dengan mesin penggiling. Selain menaikkan nilai tambah, produk di desa juga dapat menyerap tenaga kerja. Mesin penggiling kopi misalnya, membutuhkan lima pekerja operator dengan asumsi bisa digunakan 20 pertani. Jika konektivitas di Sumatera Utara di benahi maka mobilitas barang akan semakin cepat dan murah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline