ini adalah kisah nyata yang saya tulis untuk mengenang pribadi orang yang pernah ada dalam hidup saya
Lettu Wiradhy Try Darwoko
[caption caption="saat bermain sulap"]
[caption caption="agnes davonar"][/caption]
[/caption]Di suatu malam, saya tak bisa tidur karena satu hal yang menganggu pikiran dalam pekerjaan, merasa bosan, saya pun memainkan jaringan instagram pribadi saya . Tak sengaja saya melangkah dan menemukan sebuah profil instagram pesulap yang sedang memainkan kartu yang Da. Pesulap itu lucu dan mahil, karena bakatnya saya pun kemudian memberikan love pada halaman instagramnya. Beberapa jam kemudian saya mendapatkan balasan love darinya dan saya pun menjadi penasaran sosok pesulap itu, saya meneliti lebih dalam dan lebih kaget lagi bahwa selain bisa sulat,pria itu adalah seorang perwira tentara angkatan darat.
Lalu sebuah pesan pribadi tersampaikan darinya beberapa jam kemudian setelah saya mengfollow dia dan ucapan pertama darinya adalah
“terima kasih untuk lovenya.. salam kenal mbak..”
Dari perkenalan ala remaja media sosial itu kami pun berlanjut dalam sebuah pertukaran line. Dari sana saya mengenalnya. Ia bernama Wiradhy, seorang pria berumur 25 tahun kala itu tapi dia lebih suka saya memanggilnya wira. hal yang paling mengesankan ketika mengenalnya adalah bahwa dia tak pernah berhenti menghibur saya dengan penampilan sulapnya. Setiap hari kami saling berkomunikasi, dekat dari waktu ke waktu dan karena kesibukan yang ada pada saya dan jarak yang jauh antara kami yaitu Jakarta- Palembang dan ia tinggal 6 jam perjalanan dari lampung tepatnya sekitar martapula. Akhirnya perkenalan itu hilang sesaat.
Mungkin karena dia juga sibuk sebagai pilot pesawat helikopter yang seling keliling kota dan saya sibuk dengan pekerjaan yang saya kala itu sedang sibuk dengan persiapan film. Kami kehilangan kontak.. tapi wajahnya, senyumnya dan sikapnya yang tak pernah bisa diam selalu teringat dalam pikiran saya.
Berlanjutlah pada suatu ketika saya menuliskan pesan pribadi di line timeline pribadi saya tentang kalimat sedih dan tiba-tiba dia menyapa saya dan menanyakan kenapa saya bersedih. Saya ingat benar kala itu pukul 2 malam dan dia belum tidur. Lalu ia pun menelepon saya dan bersedia menjadi teman bicara saya.