Lihat ke Halaman Asli

Sebatas Doa

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu petang,13 Oktober 2012 saya mendapat SMS dari teman SMP di Jogja, isinya pertanyaan singkat, “Dah dapat berita Chocho kecelakaan?”

Deg deg deg deg… hati saya berdegub lebih kencang. Saya membalas dengan singkat juga, “Belum, piye?” teman saya membalas, “Dedel duel”.

Berikutnya dia menceritakan kondisi teman saya yang kecelakaan tersebut, tangan kanan diamputasi di atas siku dan rencananya kaki kiri dioperasi 5 hari kemudian.

Pikiran saya melayang melewati batas waktu ke masa 25-an tahun silam. Chocho adalah kawan saya di SD dan SMP, masa kecil kami lewatkan bersama, dari bermain petasan, sampai latihan pramuka. Meskipun kami belajar di SMA berbeda tapi kami masih sering bertemu dan pergi bareng. Chocho tumbuh menjadi remaja pria yang menarik, dengan wajah yang lumayan di dukung oleh otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi salah satu finalis Dimas Diajeng Yogyakarta tahun 1997. Hobinya naik gunung dan bermain gitar, Chocho juga aktif di beberapa organisasi.

Saya membayangkan Chocho saat ini terbaring di ICU RS Bethesda, sendirian. Entah apa yang dia pikirkan, apa dia rasakan, yang pasti di sini saya gelisah membayangkan hari – harinya esok sebagai seseorang yang terbiasa beraktivitas dengan anggota tubuh lengkap, tiba – tiba harus kehilangan sebagian tangan dan fungsi kakinya. Sebagai seorang suami dan ayah yang biasa melindungi dan membantu tiba – tiba dia harus tergantung pada alat bantu.

Tanpa sadar, saya mengangkat tangan kanan saya dan menatapnya, saya sentuh anggota tubuh saya yang lain, satu persatu… air mata saya mulai mengalir..

Tuhan, sungguh luar biasa berkat yang Kau berikan pada saya tanpa saya pernah secara khusus bersungguh – sungguh mensyukurinya, justru tidak jarang tindakan tangan, kaki, mulut dan tubuh saya mengecewakan-Mu.

Saya sangat tahu, di saat yang sama puluhan sahabat saya di belahan bumi lain, merasakan apa yang saya rasakan, melakukan refleksi terhadap hidup masing - masing. Seperti saya tahu, Tuhan selalu punya rencana dan Dia tidak pernah salah.

Mohon doa untuk sahabat saya Robertus Dwi Sasongko Dewanto, agar ikhlas menerima rencana Tuhan untuk dirinya juga untuk diri kita masing – masing agar selalu bersyukur, eling lan waspodo.

Hanya sebatas doa, Bro… tapi pasti berarti…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline