Lihat ke Halaman Asli

150 Menit di Indonesia Power

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu, 25 April 2012, pertama kali saya memasuki gedung Indonesia Power dalam kesempatan menjadi peserta sebuah seminar yang digagasi Provisi Education dengan menghadirkan ST Kartono sebagai narasumber.

Acara berlangsung sangat singkat untuk ukuran sebuah seminar ataupun pelatihan, hanya 120 menit yang terbagi menjadi 2 sesi. Seperti anggapan banyak orang, makanan enak dengan jumlah sedikit akan membuat kita merasa kurang puas, begitu juga dengan saya. Saya merasa sesi selama 120 menit itu kurang dalam. Masih banyak hal yang bisa digali, didiskusikan, dibagikan dilatihkan untuk nantinya dipraktikkan, tentu saja dengan konsekuensi durasi waktunya harus diperpanjang.

Dari 120 menit yang ada, saya belajar banyak hal di luar menulis yang menjadi topik utama. Bapak ST Kartono membagikan pengalaman sehari - hari beliau yang bagi saya justru lebih banyak menginspirasi ketimbang pengalaman menulis itu sendiri.

Cerita tentang bagaimana Yayasan pendidikan tempat beliau berkarya memberikan kesempatan kepada para guru untuk menggunakan 1 hari dalam 1 minggu untuk mengembangkan diri dan pilihan beliau menggunakan kesempatan tersebut dengan caranya mengingatkan saya bahwa manusia barus selalu berubah. Terus berubah adalah satu – satunya cara agar kita tidak punah, terlebih dengan profesi saya sebagai seorang guru. Guru mengemban tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan pribadi dan keterampilan anak didik.

Saya juga diingatkan untuk jujur terhadap pilihan saya. Ketika saya memilih untuk menjadi guru maka memberikan pelayanan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan anak didik di lingkup Sekolah adalah hal yang utama.

Cerita tentang bagaimana putrinya merasa bersyukur setelah melihat penjual agar – agar yang mengantar anaknya sekolah menunjukkan nilai – nilai yang Bapak Kartono tanamkan kepada putrinya. Nilai luhur yang harus dimiliki para penerus bangsa agar bisa lebih mengharumkan nama Indonesia di seluruh belahan dunia. Sebagai seorang guru dan juga seorang ibu, saya diingatkan untuk selalu mengajarkan nilai – nilai humanis dalam prinsip dasar mengambil keputusan sehingga tercipta generasi penerus yang peka terhadap lingkungan, alam, sesama dan Sang Pencipta.

Cara Bapak Kartono menceritakan peran seorang istri dalam kesehariannya menunjukkan penghargaan tulus terhadap belahan jiwanya sekaligus rasa syukur dan terima kasih atas kontribusi sang istri dalam kematangan karirnya. Sebuah pelajaran bagi saya untuk selalu melayani dengan hati, untuk rendah hati dan mensyukuri setiap momen yang Tuhan ijinkan saya alami.

3 cerita sederhana dari banyak cerita yang terselip di seminar siang itu. Sungguh mengesankan karena seluruh cerita yang dibagikan mempunyai muara yang sama, yaitu menjalin relasi yang lebih intim dengan sang Pencipta. Bapak Kartono telah mengubah cerita Oemar Bakri, Bapak Kartono telah menang mengangkat strata sosial guru tanpa harus ada keributan. Begitulah sejatinya seorang Guru yang bisa digugu lan ditiru, tidak hanya di dalam kelas tetapi juga dalam sikap keseharian.

Semoga Kartono – Kartono yang lain terus bermunculan, menginspirasi jiwa – jiwa muda dengan keunikan dan cara masing -  masing sehingga Bangsa Indonesia dapat tumbuh dengan sehat dan kuat.

Omah Ijo,

Subuh, 28 April 2012.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline