Judul yang aneh, bukan? Tapi itulah yang terjadi di negara kita ini. Anda mungkin masih ingat, beberapa tahun lalu sempat ramai "rakyat" memprotes biaya admin dari listrik prabayar. Lalu PLN mamberi "solusi" bahwa biaya admin akan dipisah seperti pembelian pulsa. Setelah itu, tidak lagi terdengar adanya protes (atau mungkin media kehilangan interest, sehingga tidak lagi ada beritanya)
Padahal, jika Anda teliti, biaya admin tetap saja ada. Bahkan, dalam banyak kasus, membeli listrik akan lebih mahal setelah kebijakan baru ini. Kok bisa lebih mahal? Mari kita lihat:
*Kalau dulu, Anda bisa beli listrik Rp 170.000,00. Akan dipotong biaya admin (let's say Rp 2.000,00), lalu dipotong pajak (penerangan jalan, dll. - agar mudah kita anggap 10% = 16.800). Jadi, yang kita dapat = 170.000 - 2000 - 16.800 = Rp 151.200. Inilah jumlah uang kita menjadi saldo listrik.
*Dengan adanya kebijakan baru, kalau kita ingin beli Rp 170.000,00 tidak bisa langsung karena jumlah "pulsa" listrik sudah ditentukan. Maka, kita harus membeli 3 x: Rp 100.000 + Rp 50.000 + Rp 20.000. Nah, walaupun pajak akan tetap sama, kita harus membayar biaya admin 3 kali (so, 3 x Rp Rp 2.000,00 = Rp 6.000,00).
Tapi entah mengapa "rakyat" Indonesia lebih senang dengan ini. Kalau mau kita telaah lebih jauh, sebenarnya protes ini berawal dari beberapa media yang meliput tentang biaya admin listrik merugikan rakyat. Tetapi di liputan tersebut benar-benar tidak jelas, bahkan kemungkinan besar, semua media ini tidak mengetahui cara perhitungan listrik prabayar, tapi hanya mencari sensasi (karena tahu pasti akan "ribut").
Nah, "rakyat Indonesia" yang membaca berita-berita ini sontak merespons keras (padahal mungkin juga tidak mengetahui cara perhitungannya, atau bahkan cuma ikut-ikut saja). Setelah ada kebijakan baru tersebut, dan media tidak lagi meliput tentang hal ini, "rakyat" yang tadi protes juga ikut diam dan puas
Apakah Anda salah satu dari mereka yang dulu melakukan protes? Benarkah Anda sudah puas sekarang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H