Lihat ke Halaman Asli

Agnes Richa Fransischa

Mahasiswa Universitas Airlangga

Penyakit Rabies

Diperbarui: 21 Agustus 2023   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Rabies merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya (zoonosis) dan ditakuti nomor 1 di dunia, serta termasuk penyakit penting di Indonesia karena bersifat fatal yang menimbulkan kematian bagi manusia yang terpapar penyakit tersebut. Rabies dapat terjadi panas seluruh hewan yang berdarah panas seperti anjing, kucing, kera, kerbau, kuda, kambing, sapi, domba, dan dapat menular pada manusia.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan ada lebih 31.000 kasus terkait penularan rabies di Indonesia dengan 11 kematian sepanjang Januari-April 2023. Sementara tahun sebelumnya (2022), jumlah penularan rabies mencapai 104.229 kasus dengan 102 kematian, pada 2021 ada 57.257 kasus dengan 62 kematian, sementara 2020 terdeteksi lebih dari 82 ribu kasus dengan 40 kematian.

Gejala masa inkubasi virus rabies berkisar antara 4-12 minggu, setelah masa tersebut orang yang tertular virus rabies mengalami gejala yang berkembang secara bertahap mulai dari flu, demam, otot melemah, kesemutan serta merasa terbakar di area gigitan, sakit kepala, mual muntah, gelisah, bingung, atau terancam tanpa sebab, hiperaktif, halusinasi, insomnia, kemudian berkembang menjadi gangguan neurologis yang parah.

Pada fase-fase terakhir gejala yang timbul pada penderita rabies adalah hidrofobia yaitu rasa takut terhadap air. Hidrofobia disebabkan oleh rasa sakit yang luar biasa pada penderitanya ketika menelan cairan, termasuk air minum dan air liur. Infeksi pada penyakit ini menyebabkan kejang yang sangat hebat di tenggorokan saat penderitanya mencoba menelan. Kejang tersebut bahkan bisa muncul saat pasien memikirkan menelan air sehingga terlihat seperti seseorang yang takut akan air.

Pada dasarnya rabies tak menyebabkan penderitanya ketakutan pada air secara langsung. Rasa takut tersebut muncul akibat rasa nyeri yang dialaminya. Rasa nyeri ini juga yang membuat hewan yang terkena rabies kerap mengeluarkan air liur. Oleh karena itu, cepat atau lambat rabies dapat membuat otot-otot menjadi lumpuh. Rasa sakit yang dirasakan penderita saat menelan cairan, termasuk air liur, disebabkan oleh ketidakmampuan otot-otot yang bertanggung jawab untuk mengontrol proses menelan.

Untuk menghindari terpaparnya penyakit rabies ada beberapa pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah rabies sesaat setelah mendapatkan gigitan atau cakaran dari hewan yang dicurigai terjangkit penyakit rabies, diantaranya adalah:

  • Mencuci bekas luka gigitan atau cakaran sampai bersih menggunakan air hangat dan sabun, serta tekan area bekas luka untuk membantu membersihkan kuman.
  • Setelah dipastikan bersih, gunakan antiseptik pada luka menggunakan kain atau perban.
  • Apabila luka terasa sangat nyeri, minum obat pereda nyeri seperti paracetamol.
  • Segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif.

Setelah mengetahui beberapa pertolongan pertama untuk mencegah rabies diatas, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait apa yang harus dilakukan saat digigit hewan yang terinfeksi rabies. Perlu juga diketahui bahwa penyakit rabies perlu ditangani sesegera mungkin karena mampu berkembang dengan cepat dan menyebabkan kematian. Selain itu juga diharapkan jumlah korban akibat rabies dapat diminimalisir.

Referensi :

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan., Jawa Tengah. (2023). Mengenal Penyakit Rabies. https://disnakkeswan.jatengprov.go.id/read/mengenal-penyakit-rabies

Kemenkes., RI (2023). Langkah Langkah Ini Untuk Mencegah Infeksi Akibat Gigitan Anabul. https://ayosehat.kemkes.go.id/lakukan-langkah-ini-untuk-mencegah-infeksi-akibat-gigitan-anabul

RMA., Adjid, dkk. (2003). Penyakit Rabies di Indonesia dan Pengembangan Tehnik. https://repository.pertanian.go.id.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline