Lihat ke Halaman Asli

Kawal-mengawal Pejabat Negara

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa saat yang lalu sempat muncul berita di koran, bahkan TV yang mengulas, mengkritik dan protes terhadap perilaku pejabat-pejabat negara yang ke mana-mana selalu beriringan dengan patwal maupun mobil-mobil ajudan, baik "anggota" maupun Pengamanan swasta.

Semua berawal dari perilaku overakting dari tim patwal terhadap seorang wartawan di Jakarta.

Pertanyaannya, bagaimana dengan kasus-kasus yang lain, yang mungkin tidak seekstrim yang di alami oleh teman kita tersebut?

Saya adalah salah satu yang muak dengan perilaku seperti ini, walaupun saya tidak akan protes dan tidak akan keberatan untuk memberikan jalan kepada VVIP dan emergency: Presiden, Wakil Presiden, tamu negara sahabat, ambulance orang sakit (bukan ambulance jenazah), pemadam kebakaran, dan polisi dalam "emergency call".

Tapi apa yang terjadi? Sampai dengan sebelum berita tentang perilaku overacting tersebut di atas, hampirntiap hari saya liat di pagi hari seorang mentri di kawal "depan-belakang" oleh sampai dengan dua mobil... What?

Awalnya saya memberikann toleransi dengan berpikir bahwa mungkin emergency... Tapi tiap pagi? Mungkin bangun kesiangan lebih tepat.

Beberapa minggu yang lalu saya sempat memperhatikan kompas membahas tentang kemacetan kronis yang dialami oleh kota tercinta Jakarta.. Lepas dari ketiadaan strategi penataan kota oleh orang2 pintar di negri ini, yang saya sendiri tidak tahu apa sih sebenarnya yang dipikirkan oleh para pejabat publik negara ini, tapi kalau melihat perilaku kawal mengawal dan serobot sana sini di jalan tol yang sedang macet padat oleh mobil mobil RI sekian yang bukan presiden dan wapres, dan juga bintang2 dari satu sampai empat.. Dan mobil mobil dengan akhiran RFS, saya menjadi mengerti... Jakarta (dan kota kota besar lainnya) akan tetap macet kronis, karena para pembuat keputusan hampir tidak pernah merasakan kemacetan, karena selalu di kawal dan serobot kanan kiri... Omigod.... Kasihan sekali rakyat yang notabene pembayar gaji para pejabat yang harus selalu mengalah demi urusan penting para pejabat publik, walaupun saya yakin urusan individu individu yang lain juga tidak kalah penting dari urusan sang pejabat yang terhormat.

Kemudian suatu pemikiran nyangkut di otak saya yang pas-pasan ini, jangan- jangan memang hanya itulah kualitas banyak (bukan semua) pejabat publik negara ini, banyak diantara mereka BARU sampai pada kualitas MATERIAL, senang dikawal dan disanjung, senang merasa penting (walaupun ini sangat manusiawi), tapi lupa satu hal yang sangat penting: PRESTASI dan PERFORMANCE; apa yang anda sudah lakukan dalam kapasitas anda? Apa tanggung jawab anda terhadap jabatan yang merupakan amanat kepada anda? Well. Mudah-mudahan saya salah...

Dan yang lebih penting, mudah mudahan ini juga tidak berlaku kepada masyarakat umum, bahwa kita semua juga memiliki semangat untuk membuktikan prestasi di bidang kita masing-masing, lebih sekedar dari mengejar materi dan kekuasaan. Karena pertanyaannya: apakah kita memberikan nilai tambah kepada bangsa ini?

Mudah-mudahan tulisan yang jauh dari sempurna ini memberikan pencerahan kepada kita semua, termasuk untuk diri saya sendiri, untuk Indonesia yang lebih baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline