Lihat ke Halaman Asli

Juara Bertahan yang Nggak Tahan

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14031621791744462580

Tragis…..sang juara bertahan harus pulang duluan dari pentas paling akbar sejagad sepakbola, Spanyol yang tadi dilibas Chile 2-0 harus berkemas duluan untuk meninggalkan Brazil yang disusul Australia dan Kamerun, walaupun masing-masing masih menyisakan 1 pertandingan lagi, tapi laga itu sudah tidak menentukan lagi.

Tidak berjalannya tiki-taka

Sejak awal banyak orang akan memprediksi akan terjadi pertarungan sengit di grub B, Spanyol akan lolos fase grup bankah menjadi juara grup, dengan tiki-taka dan false nine yang sudah terbukti ampuh digelaran World Cup 2010 dan Euro 2012, dan yang mungkin akan mendampingi lolos diprediksi Belanda.

Dengan materi pemain yang relative sama saat juara Euro, Spanyol melangkah ke Brazil dengan pede, di laga pertama kontra Belanda banyak orang yang memprediksi Spanyol bakal menumbangkan Belanda sama ketika final empat tahun yang lalu, minimal seri merupakan hasil yang realistis.

Dengan formasi andalan 4-3-3, bedanya dalam pertandingan ini Del Bosque menggunakan striker murni, Diego Costa yang penampilannya moncer dilevel klub yang ditopang oleh Silva dan Iniesta. Tetapi kenyataan berkata lain, Van Gaal dapat meredam tiki-taka Spanyol dengan serangan balik yang cepat, berbekal formasi 3-4-1-2 yang menempatkan para runner, duet Robben dan RVPdi lini depan Belanda berhasil balas dendam sekaligus memporak-porandakan Spanyol dengan skor telak 5-1.

Di awal babak pertama sampai terciptanya gol dari Alonso, tiki-taka masih berhasil menguasahi pertandingan walaupun belum sepenuhnya berhasil menembus jantung pertahanan, tapi setelah itu permainan mereka mulai rusak dengan serangan balik yang cepat, terbukti dengan flying goal dari RVP setelah itu kita sama sekali bukan melihat Spanyol yang seperti biasanya, mereka terpancing untuk mengkombinasikan tiki-taka dan umpan-umpan langsung ke target man, Diego Costa. Dengan mudahnya skema itu terbaca oleh bek-bek dari Belanda yang juga secara fisik mereka lebih tinggi dari para pemain Spanyol. Banyak miss-pass yang terjadi, sehingga sering kehilangan bola.

Pada pertandingan kedua melawan Chile, line up yang dipasang masih hampir sama dengan ketika di bantai Belanda, hanya Pique dan Xavi yang tidak dipasang dan ada sedikit perubahan formasi yang awalnya 4-3-3 menjadi 4-2-3-1, dengan memesang Diego Costa sebagai ujung tombak dan di topang trio Iniesta-Silva-Rodriguez, sebagai jangkar tengah ada duet Alonso-Busquets.

Masih mengusung ciri khasnya dengan bola-bola pendek dari kaki ke kaki mereka mulai membongkar pertahanan Chile, tapi dengan cukup disiplinnya tembok pertahanan Chile sulit terbongkar, biasa Spanyol meggunakan strategi itu untuk membuat lawan frustasi tapi kali ini malah mereka yang dibuat frustasi dengan tidak berhasilnya menembus tembok Chile, sampai akhirnya terjadilah gol pertama dari Chile yang juga lagi-lagi datang dari counter attack yang cepat. Mungkin pelatih Jorge Sampaoli sudah mempelajari cara Belanda menghancurkan Spanyol sehingga formasi dan taktik yang dipakai hampir sama dengan Belanda, dengan formasi 3-4-1-2, dan juga menampilkan para runner, Sanchez dan Vargas di lini depan dengan Arturo Vidal sebagai pelapis sangat ampuh untuk membuat Ramos dan Azpilicueta keteteran dilini belakang dan hasilnya 2-0 untuk Chile sekaligus memulangkan Spanyol lebih awal.

Saya memuji keberanian Sampaoli dengan hanya memasang tiga bek murni dalam melawan tim sekaliber Spanyol, dan anak-anak Chile yang cukup pede ketika mereka menguasahi bola sebaliknya Spanyol yang terkenal dengan ketenangan dalam penguasaan bola berubah menjadi tim tiki-taka yang terburu-buru mem-by pass langsung kejantung pertahanan, mereka terkesan ambisius untuk menciptakan gol, walaupun secara fisik para pemain Chile dan Spanyol sama tapi bek Chile dapat meredam serangan by pass dari Spanyol.

Faktor Torres dan Casillas

Yang masih menjadi pertanyaan di benak saya, mengapa Del Bosque selalu memasang Diego Costa sebagai starter, yang di pertandingan awal tidak terlalu bersinar, bukanya coba men-challenge Torres untuk di pasang dari menit awal, dan selalu terlambat memasukanya. Mungkin Torres tidak se trenginas di Euro 2012 maupun Worldcup 2010, tapi faktor mental di event-event besar dan kesenioran mungkin bisa dimanfaatkan, gerakan-gerakan tanpa bolanya bisa menggangu konsentrasi bahkan bisa memecah focus mereka dalam mengawal pertahanan, minimal dapat memancing bek-bek Chile untuk meng-cover Torres sehingga terjadi celah yang dapat dimanfaatkan oleh para gelandang Spanyol sama ketika Pantai Gading mengalahkan Jepang, setelah Drogba masuk pertahanan Jepang menjadi kocar-kacir walaupun seorang Drogba tidak melakukan hal yang signifikan, tapi faktor kesenioran inilah yang rupanya mampu memecah konsentrasi pada pemain lini belakang Jepang.

Tetap memasang Casillas juga merupakan salah satu andil kekalahan, dimana dia di pertandingan sebelumnya membuat blunder sehingga RVP dengan mudahnya menceploskan bola, hasilnya gol pertama pun juga terjadi karena Cassilas terkecoh oleh Vargas, bukan berarti Casillas tidak bagus, tapi dibangku cadangan masih ada Pepe Reina yang juga tampil cukup baik dilevel liga lokal maupun liga champion, ya mungkin sambil memulihkan mental Casillas yang gawangnya telah di bobol sebanyak lima kali.

Dan akhirnya dengan tanpa bisa meraih satu poin pun bahkan paling banyak kebobolan di grup B (sampai saat ini) Spanyol harus pulang duluan meninggalkan efforia World Cup.

Juara bertahan yang ngga tahan….

español adiós, nos vemos de nuevo en Rusia hasta 2018, si reúne los requisitos

Sumber Gambar : http://www.sundul.com/video/cuplikan-gol-spanyol-0-2-chili-piala-dunia-2014/




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline