Lihat ke Halaman Asli

Renungan Muda, Pelajaran dan Nilai-nilai Kehidupan

Diperbarui: 14 November 2016   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Dear diary

malam ini dingin. Gelap tanpa cahaya. Tidak ada yang menarik di angkasa. Bintang gemintang meredupkan diri. Cahaya bulan tidak nampak bersinar seperti biasanya. Sungguh gelap sekali.

"Dek sudah malam masuk." Suara itu terdengar dari dalam mengingatkan kami yang sedang berkumpul di beranda rumah beratapan rumbia.

"Iya nek, nanti kami masuk." Temanku membalas lembut suruhan nenek dari dalam.

Beberapa teman sudah nampak tertidur di ruangan tengah dengan kondisi seadanya. Beralas terpal plastik, berbantal tas, berselimut jaket tanpa bad cover yang biasa melindungi dirinya. Kegelisahan terlihat ketika nyamuk hinggap di tubuhnya. Mereka saling mengusik diri, menggaruk bagian yang gatal tergigit nyamuk. Disini mungkin neraka baginya ketika membandingkan dengan rumah kamar tidurnya dengan fasilitas yang lengkap.

"Git aku masuk dulu ya, mau tidur." Seorang teman berpamitab masuk diikuti beberapa teman lainnya yang sedari tadi bersamaku duduk di beranda.

Seorang diri menikmati malam di desa pelosok negeri rasanya sungguh berbeda. Hawa dingin menyelimuti, rasa iba mendiang dalam diri tentang sesosok nenek yang tinggal seorang diri di rumah reyot ini.

Aku ingin menceritakan sedikit padamu diary tentang aktivitasku seharian di tempat ini. Akan kutuliskan sebuah renungan tentang pembelajaran dan nilai kehidupan.

Dalam rangka kegiatan sosial, aku beserta rombongan dari organisasi masuk ke desa ini dengan perjuangan yang luar biasa. Medan yang sulit di tempuh dengan jalan yang berbatu dan berkelok. Namun itu bukan penghalang niat kami untuk melakukan kegiatan sosial di desa ini.

Ketika sudah sampai di desa, kami yang terbagi menjadi beberapa tim berpencar mencari rumah penduduk di sekitar. Mengajukan ijin kepada kepala desa kemudian warga sekitar untuk menginap satu malam, sembari mempersiapkan segalanya untuk esok puncak acara.

Aku bersama beberapa orang rekan terdiri dari lima orang, menginap di salah satu rumah yang terbilang cukup buruk sekali keadaannya. Rumah bilik yang beratapan rumbia, berlantai tanah tanpa alas, juga keadaan dalam rumah yang sungguh memprihatinkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline