Langit indah dengan berjuta bintang. Kelap kelip cahayanya sungguh mempesona untuk dipandang. Angin berhembus dengan kencangnya di udara. Aku berdua dengan Waldy duduk di balkon lantai dua penginapan menikmati keindahan malam. Hawa dingin semakin menyergap masuk ke dalam tubuh dan menggerayangi seluruh permukannya.
“Eh dingin banget ya.” Waldy memulai bersuara sembari menelingkup tangannya di depan dada.
“Iya dingin banget dy”. Jawabku pelan.
“Woi masuk tidur cepet, besok ke kalibiru pagi bareng Surti and the gang.” Ibro berteriak keras dari dalam kamar.
Aku dan Waldy saling tatap tidak mempedulikannya.
Anto keluar sembari memegang gadgetnya. Tersenyum-senyum seorang diri sembari menggeser ibu jarinya dilayar.
“Gilak lo ya” aku menegur kasar.
Rupanya ia tidak mendengarkan dengan apa yang ku katakan dan langsung duduk disampingku. Akhirnya aku berbincang sedikit dengan Waldy perihal rencana hari esok untuk berjalan-jalan. Tidak terasa hari semakin malam, namun disampingku Anto masih saja berkelut dengan gadgetnya tidak menghiraukan sama sekali orang disekitarnya.
Beberapa kali aku sudah menguap, begitupun dengan Waldy. Hingga akhirnya kutinggalkan Anto seorang diri di balkon. Ibro dengan pulasnya sudah berbaring telentang. Tak lama kemudian terdengar suara keributan dari lantai bawah penginapan. Dengan cepat aku dan waldy segera bergegas kembali keluar, anto terlihat sedang membongkokan badannya berusaha mengintip keadaan dari teras balkon, lain denganku yang seketika langsung memilih turun kebawah untuk mengetahui lebih pasti keadaannya.
Ternyata seorang ibu paruh baya dengan payudara besar yang hanya menggunakan tank top hitam juga hot pants sedang menangis tersedu sedu, melaporkan kepada petugas lobby penginapan karena semua barang berharganya telah dibawa lari oleh lelaki yang datang bersamanya ke penginapan itu. Ternyata mereka adalah sepasang manusia yang sedang selingkuh, aku hanya melongo mengetahui kabar itu dari petugas lobby. Setelah cukup lama kami berbincang dengan petugas lobby penginapan kami pun kembali kekamar.
Sampai di kamar kami bertiga masih membahas hal demikian. Termasuk Anto yang sering sekali mengeluh protes dengan keadaan.