Langit mendung menggulung angkasa. Bintang gemintang tidak nampak bersinar. Begitu juga dengan cahaya bulan, tidak ada yang istimewa darinya. Beberapa kali kilat nampak memotret cantik membentuk zig zag. Petir seketika menyambar keras. Duar!
Jibon bersama seorang sahabatnya coker berusaha menyusup masuk ke dalam istana untuk menculik putri raja. Pasalnya Jibon sangat mencintai sang putri, namun karena berasal dari kalangan biasa raja tidak pernah mau menerimanya.
“Malam ini tidak boleh gagal.” Jibon berseru pada coker, seorang sahabat yang sangat bisa dipercaya untuk menjalankan misinya, pasalnya coker memiliki keberanian yang tinggi juga ilmu bela diri yang mumpuni.
“Baik teman, akan kubantu sebisaku.” Mereka berdua saling memukul lengan sembari berjalan menuju istana raja.
Angin malam semilir bertiup kencang di udara. Rinai hujan mulai turun. Istana kerajaan sudah terlihat, namun gerbangnya sangat dijaga ketat sekali oleh prajuritnya. Jibon dan Coker mencoba mengecoh dengan memasang bunyi-bunyian agar pandangan prajurit tertuju dari tempat berasal. Ketika prajurit itu mencoba menghampiri Jibon dan Coker langsung begerak cepat ke arah semak dan segera masuk melewati gerbang kerajaan dengan mudah.
Kompleks istana sangat luas. Bangunan megah terbagi menjadi beberapa bagian. Jibon dan Coker nampak kesulitan mencari dimana gerangan sang putri berada. Pusat istana terletak tepat di tengah kompleks. Di sisi kiri dan kanan adalah bangunan para raja juga pangeran yang menghuni disana.
"Dimana tempat sang putri itu bon?" Coker bergumam santai.
"Aku juga belum tau ker." Jibon menyeka dahi.
Seorang prajurit penjaga keliling terliat bersiaga berjalan memutari komplek istana. Dengan cepat Jibon dan Coker langsung bersembunyi di balik semak-semak.
Dari balik semak-semak ia melihat sang putri itu berjalan masuk ke dalam salah satu rumah kediaman keluarga raja dengan dua pengawal pribadi yang mengikutinya.
"Itu disana." Jibon menunjuk sembari berkata.