Lihat ke Halaman Asli

Kejahatan Akan Selalu Kalah

Diperbarui: 29 September 2016   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi : pixabay.com

Namaku Ray, lebih lengkapnya Ray Suroh Usiaku 35 tahun saat ini. Selama hidupku aku tidak pernah berbuat baik, karena aku benci dengan kebaikan. Saat dulu masih berguru di padepokan gunung wiryo aku selalu membangkang terhadap perintah guru. Ia berusaha mengajarkanku kebaikan namun hal yang kulakukan sebaliknya, aku lebih memilih berbuat kejahatan.

Bagiku kebaikan merupakan penghalang besar untuk merajai seluruh alam raya. Aku ingin menjadi yang terhebat, yang terkuat, dan tak terkalahkan. Saat menuntut ilmu di padepokan gunung wiryo aku belajar ilmu hitam secara sembunyi-sembunyi, karena eyang guru tidak ingin mengajarkan keburukan untuk muridnya. Aku mencuri beberapa kitab pusaka yang eyang guru simpan di kamarnya. Namun, suatu ketika aku dipergoki sedang membuka peti yang di dalamnya ada benda pusaka milik eyang guru. Seketika aku dihajar dan dikeluarkan dari padepokan tersebut.

Keluar dari sana aku mengembara dari satu desa ke desa lain, kota satu ke kota lain. Sudah banyak sekali orang yang ku bunuh selama pengembaraanku. Orang-orang yang melihatku selalu merasa segan dan takut. Namun aku tidak mempedulikan itu semua, bagiku ini adalah jalan hidupku. Hingga suatu hari banyak orang yang menghampiriku, mereka sangat salut akan keberanianku dan ingin berguru denganku. Aku menuruti kemauan dan mendirikan padepokan.

Semakin hari padepokanku berkembang pesat dan muridku semakin banyak. Kebanyakan dari para muridku bekerja sebagai tukang pukul, perampok, pembegal, dan pemeras warga. Aku senang dengan pekerjaan mereka, karena dengan begitu perlahan aku akan bisa menggenggam dan menguasai dunia.

Suatu ketika padepokanku dihampiri oleh seseorang saudagar yang kaya. Ia datang meminta bantuanku untuk bisa merusak usaha milik pesaingnya yang berkembang lebih pesat dari dirinya. Aku menyanggupi permintaannya dan meminta bayaran yang setimpal padanya. Ia menyetujui dengan memberikan separuh sebagai tanda jadi.

Keesokan harinya aku mengutus beberapa muridku untuk bisa menghancurkan lapak milik orang yang kutujukan. Merekapun berangkat menuju lapak yang sudah kusebutkan, namun apa daya mereka justru pulang dengan keadaan yang mengenaskan. Beberapa muridku nampak babak belur dan mengalami luka berat.

"Saudagar pemilik lapak itu sakti sekali guru." Ujar seorang muridku dengan terbata-bata.

Keesokan harinya aku mengunjungi lapak tersebut seorang diri. Betapa kagetnya aku mengetahui siapa dirinya. Dia adalah Arya teman seperguruanku dulu di padepokan gunung wiryo. Aku sangat membenci dan selalu memusuhinya, dikarenakan adalah murid kesayangan guru yang patuh dan penurut, bahkan itikad perbuatannya sangatlah baik. Mungkin karena itu dia diusung oleh rakyat untuk bisa menjadi seorang pemimpin di negerinya.

“Hei Arya, jumpa kembali kita.” Aku berseru dengan senyum sedikit mengejek.

“Jadi kamu yang berusaha untuk merusak seluruh barang daganganku Ray?” Arya kaget melihat aku yang datang ke lapaknya berjualan.

“Menurutmu?” Aku tertawa dengan penuh ejekan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline