Malam terang, langit bersih tak tersaput awan. Bulan purnama bersinar indah menawan, bintang tumpah ruah di angkasa membentuk ribuan formasi. Angin lembut semilir bertiup pelan, menelisik sela-sela telinga membelai rambut. Sangat sejuk dan menyenangkan.
Duduk bersamanya hanya beralasan tikar membuat jantungku berdebar-bedar. Hawa panas serasa masuk menikam tubuhku. Keringatku sedikit demi sedikit keluar melalui celah di pori-pori.
“Malam ini sungguh indah ya mon.” Raka bersuara lembut menatap indahnya langit.
“I..iya.” Aku membalasnya gugup.
Raka terus tersenyum memandang langit, aku mengamati wajahnya yang sumringah. Entah apa yang dipikirkannya sehingga dia terlihat bahagia.
“Permisi, mau pesan apa mas?” Pelayan datang menyodorkan menu makanan dan minuman yang tersedia.
“Dua gelas kopi saja mas.” Raka menyahut cepat.
"Baik, tunggu sebentar."
Angin malam semakin kencang bertiup. Suhu badanku yang sebelumnya panas tiba-tiba berubah turun menjadi dingin. Hawa dingin menyerang sendi-sendi organ tubuh dalamku. Aku melingkupkan tangan dan melekukkan lutut.
“Apakah kamu merasakan dingin?” Raka berseru menatapku penuh senyum.
Aku tak menjawab kecuali hanya anggukkan kepalaku yang menjadi sebuah isyarat.