Lihat ke Halaman Asli

Sukses, Antara Keyakinan dan Keinginan

Diperbarui: 27 Agustus 2016   02:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi :pixabay.com

Sukses, tentu semua orang menginginkan hal demikian terjadi pada dirinya. Setelah mencapai sukses berarti kita sudah ada dalam titik kepuasan terakhir dalam hidup. Secara deduktif menurut pemahaman saya, sukses merupakan sebuah pencapaian tertinggi yang terjadi dalam kehidupan. Dimana kita bisa memenuhi segala kebutuhan yang diinginkan dengan cukup bahkan lebih. Dengan demikian, pencapaian tersebut menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang.

Tetapi ada yang menarik untuk saya bahas. Saya melihat berbagai permasalahan terjadi di sekitar lingkungan sosialku. Banyak orang Yang memiliki keyakinan tinggi bahwa, kelak akan sukses dan meraih apa yang diinginkan. Sembari menunjuk salah satu idola ataupun pembesar yang dijadikan acuan dasar, menjadikan dasar pemikiran akan kata sukses mudah sekali di dapatkan.

Seperti contoh, seseorang mahasiswa yang malas, selalu main, tidak memiliki kemampuan apapun, tetapi dia yakin dengan apa yang dilakukan saat ini merupakan bagian yang tidak boleh terlewatkan. Mereka selalu ingin menikmati masa mudanya dengan bermain dan bersenang-senang. Dengan menunjuk salah satu idola yang dijadikan dasar bahwasanya, kelak akan ada saatnya mencapai sukses. Seperti seorang Harland Sanders yang bisa sukses saat usia 65 tahun. Mereka pun yakin kelak akan sama, jadi tidak ingin melewatkan masa mudanya. Dengan memiliki satu contoh dari tokoh tersebut ia bisa melakukan pembelaan terhadap dirinya, tanpa mengetahui dengan jelas apa saja usaha yang dilakukan Harland Sanders.

Benarkah pemikiran demikian?

Konsepsi pemikiran yang rancu dengan membaca salah satu tokoh secara parsial saja, menjadikan sebab seseorang meyakini apa yang dilakukan saat ini adalah hal yang wajar. Pun sesuatu yang ada dibenaknya terpikirkan, dengan memiliki keyakinan yang tinggi merupakan dasar utama mencapai kesuksesan. Dengan melihat usia, dan tokoh yang terbilang bodoh sebelumnya lantas kemudian bisa sukses seperti Einstein dan Edison yang mampu mengubah dunia, sebagai landasan utama mereka bahwa kesuksesan itu mudah diraih.

Dengan asumsi pemikiran dasar demikian, tentulah mereka sangat yakin dengan apa yang dilakukan saat ini adalah sebuah kenikmatan yang tidak bisa di dapatkan di masa yang akan datang. Oleh karenanya, mereka berpikir praktis saja dengan melakukan pembelaan pribadi menjadikan tokoh pembesar yang mampu mengubah dunia tersebut.

Sangat keliru sekali apa yang sebenarnya dipikirkan. Mereka tidak melihat secara keseluruhan proses dan eksperimen para pembesar sebelum ia benar-benar mencapai kesuksesan. Berlika-liku jalan yang ia tempuh untuk bisa meraih apa yang diinginkannya. Mereka sudah kenyang dengan semua kegagalan yang terjadi, hingga akhirnya mampu menemukan jalan baru yang tidak lagi buntu.

Jadi, apakah keyakinan itu tidak diperlukan?

"Ungkapan tidak mungkin hanyalah sebuah kata yang hanya dapat ditemukan dalam kamus kehidupan orang bodoh." -Napoleon Bonaparte

Dari quotes tersebut kita bisa melihat bahwa keyakinan itu perlu dimiliki setiap orang jikalau tidak ingin dikatakan bodoh. Namun, hanya bermodalkan keyakinan saja tentu tidak serta merta membuat kesuksesan itu mudah diraih. Karena, keyakinan tanpa proses berakhir buntu sedangkan proses dengan keyakinan akan menemukan hal yang baru.

Semua orang tentu menginginkan cita-cita dan impiannya bisa tercapai. Tetapi hanya berangan-angan dan merasa yakin saja tidak cukup untuk bisa segera menggapainya. Diperlukan usaha yang keras serta semangat juang yang tinggi untuk bisa meraih segalanya. Kemudian, keyakinanlah yang akan menyempurnakan usaha dan kerja keras yang kita lakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline