Lihat ke Halaman Asli

Aku Sebut Kau Hujan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hujan itu selalu terlihat indah, selalu tersa mengandung banyak makna, selalu terasa berbagai rasa.. Hujan yang aku temui sejak saat itu masih terlihat indah sampai sekarang, tetapi setiap rintik yang menyelusup masuk membasuh hati ini berbeda rasanya, berbeda atmosfer nya, berbeda cara diterimanya.

Hujan yang aku rasakan sejak perpisahan kita, membuat rintik nya tak bercahaya, membuat segala rasa yang dulu bahagia kini kelabu terasa.

Hujan, aku menyukaimu. Dan kamu, aku menyukaimu. Aku menyukai antara kau dan hujan, kalian sama-sama terasa menyejukkan.

Kita dipertemukan tengah hujan, kita dipisahkan tengah hujan. Gerimis yang dulu menjadi saksi bagaimana kau menggapai asa cinta, kini menjasi gerimis yang memutar kembali kenangan kita.

Aku sebut kau hujan. Ditengah genggaman tanganmu aku merasakan hujan, mengalir lembut bergetar dalam nadi. Sejuk.

Ditengah pelukan erat perpisahan aku merasakan hujan, mencuat hati membuat aku nyaris mati. Perih.

Yang aku sebut gerimis itu nyaris sama dengan gerimis yang ku buat lewat kedua kerling mataku. Nyaris tak ada beda. Bahagia dan nestapa bersatu padu ditengah rintiknya cinta yang aku sapa ‘hujan’. Bahasa kalbu yang membuat semua itu berbeda, berbeda rasanya berbeda ujungnya.

Aku bahagia bertemu denganmu kala hujan, tapi aku nyaris benci karna hujan pun lah yang membuat kau dan aku berpisah, berpisah secara adil, memaksa kita mengukir janji bahwa kau dan aku baru akan kembali bila dipertemukan lagi oleh hujan. Ya, lagi-lagi hujan. Aku sebut kau hujan, karna kau dan hujan sama-sama memiliki arti penting dalam hidupku. Sama-sama memberikan janji yang membuatku nyaman, sama-sama memberiku kesedihan. Dan aku sebut kau hujan, tapi bukan beningnya air yang menetes, melainkan beningnya kasih sayang yang turun dengan derasnya :)

_Yuana Gita Yanuari




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline