Keberadaan media cetak saat ini perlu diperhatikan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi digital, media cetak pun sudah tidak memiliki ketenarannya lagi seperti masa kejayaannya dahulu. Dengan munculnya media baru seperti media online menjadikan ancaman bagi media cetak. Hal ini juga yang menyebabkan jumlah pembaca koran menurun secara signifikan.
Dalam menanggapi hal tersebut saya berkesempatan mewawancarai wartawan senior Tempo yang sudah 16 tahun bekerja di Tempo yaitu ibu Eni Saeni. Seperti yang kita tahu bahwa saat ini Tempo memiliki media cetak (Koran dan Majalah) dan media online (Tempo.com).
Beliau mengatakan ada perubahan di tahun 2000-an dari masyarakat Indonesia yang awalnya membaca koran atau majalah dan kemudian berubah beralih ke media online karena internet pada zaman sekarang itu murah atau mudah di dapatkan sedangkan zaman dahulu internet itu mahal dan hanya beberapa orang tertentu yang memilikinya bahkan hanya kantor-kantor saja yang memiliki internet atau wifi. Sedangkan sekarang wifi sudah merajalela dimana-mana bahkan disetiap rumah tidak menutup kemungkinan untuk memasang wifi dirumahnya masing-masing.
Bu Eni sendiri mengalami perubahan signifikan tersebut yang tadinya beliau berlangganan beberapa majalah seperti Nova, Saji, Femina untuk mendapatkan informasi seputar perempuan atau masakan dan sekarang beliau beralih ke internet untuk mendapatkan informasi tersebut dan ini juga salah satunya uang yang dikeluarkan untuk berlangganan internet lebih sedikit dibandingkan dengan uang yang dikeluarkan dengan berlangganan majalah-majalah tersebut.
Sejak beliau tidak lagi berlangganan majalah tersebut ia menghubungi salah satu temanya mengabarkan bahwa ia tidak lagi berlangganan majalah di media tersebut, lalu temannya pun kaget dan mulai khawatir bahwa para penikmat majalah maupun koran sudah mulai berkurang. Bahkan banyak media-media cetak yang sudah tutup dikarenakan minimnya peminat koran atau majalah. Dan tidak jarang media yang tadinya media cetak beralih ke media online dan meninggalkan media cetak tersebut.
Menyinggung tentang masa depan media cetak yang dipertanyakan apakah masih bisa bertahan atau tidak di 10 tahun yang akan datang, bu Eni pun memberikan tanggapannya, tergantung dari pola karena sekarang pola konsumsi masyarakat sudah berpindah ke online, ketika media cetak di cetak terus tetapi tidak ada pembacanya tidak mungkin media tersebut akan bertahan karena itu sama saja sia-sia kecuali memang media nya sudah besar dan disini kita berbicara tentang uang. Dan beliau juga bilang mungkin saja media cetak tidak akan punah tetapi memang sedikit peminatnya dan hanya orang-orang tertentu saja seperti usia 45 tahunke atas yang sekiranya terlalu malas menggunakan internet. Dan media cetak 10 tahun kedepan mungkin saja akan menjadi media yang mahal dan premium.
Untuk menanggapi hal tersebut ada beberapa strategi yang dilakukan oleh beberapa media, yaitu harus pandai mensiasati, mencetak hanya berdasarkan pesanan, lalu iklan dan bu Eni juga menambahkan bahwa pendapatan yang besar di dapat dari iklan yang banyak lalu berkonvergensi yaitu di media tersebut tidak hanya ada media cetak tetapi ada juga media online.
Sebagai orang media atau jurnalis, pandangan beliau terhadap media cetak di tengah perkembangan media online merasa miris bahwa media cetak sudah tidak di cetak lagi tetapi beralih ke online dan mau tidak mau harus karena khalayak atau masyarakat untuk sekarang lebih menyukai mendapatkan informasimelalui internet dibandingkan dari koran atau majalah.
Beliau juga menceritakan bagaimana pengalaman beliau saat media cetak masih di masa kejayaannya saat beliau menjadi wartawan,dalam menghasilkan berita beliau harus menuliskan dahulu hasil liputan tersebut di mesin ketik lalu diserahkan ke redaktur jika tidak ada revisi baru di serahkan kepada re-write untuk dicetak menjadi koran atau majalah dan ini adalah tahapan saat beliaumasih bekerja di media Kedaulatan Rakyat Jogja pada tahun 1992-1994.
Dan kami menutup perbincangan kami dengan beliau menambahkan media online ini sifatnya saling cepat-cepatan untuk mempublishkan berita jadi tidak perduli berita tersebut benar atau tidak dan hal inilah yang memicu adanya berita hoax, berbedadengan media cetak, karena media cetak lebih banyak menceritakan kronologisnya jadi sangat jarang adanya hoax.
Referensi jurnal : The Impact of New Media on Traditional Mainstream Mass Media