Menurut Schneiders ( dalam Yusuf, 2018), penyesuaian diri merupakan suatu proses yang melibatkan respons-respons mental dan perbuatan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi, dan konflik dengan memerhatikan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. Selain itu menurut Sunarto dan Hartono (2002:222), penyesuaian diri adalah usaha individu untuk mencapai keharmonisan dalam dirinya dan juga di lingkungannya. Atau dapat disimpulkan penyesuaian diri ialah keadaan dimana individu dituntut untuk mampu mengatasi segala problematika yang terjadi di lingkungan dimana dia hidup untuk mencapai keharmonisan dalam diri dan juga lingkungannya.
Penyesuaian diri menjadi salah satu faktor permasalahan pada mahasiswa baru, apabila gagal menyesuaikan diri di awal maka akan berdampak di tahun tahun berikutnya. Penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah dilakukan terutama oleh remaja akhir yang sedang merasakan masa transisi dari remaja ke dewasa yang mencakup berbagai perubahan seperti biologis, kognitif dan emosional (Hurlock, 1999).
Bagi seorang mahasiswa khususnya mahasiswa baru, naik ke jenjang perguruan tinggi dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru bukanlah hal yang baru dilakukan, karena memasuki jenjang perguruan tinggi sama saja seperti memulai jenjang baru di SD, SMP, dan juga SMA, hanya tentu saja setiap jenjangnya pasti memiliki problematika dan juga kesulitannya sendiri. Bagi Sebagian remaja, beradaptasi dilingkungan baru justru menjadi tantangan yang menarik bagi mereka, tetapi tidak sedikit juga yang beranggapan bahwa memasuki lingkungan baru sangatlah menakutkan dan juga mengkhawatirkan.
Yang menjadikan perbedaan dari penyesuaian diri di jenjang sebelumnya ialah, di perguruan tinggi tanggung jawab sebagai pelajar lebih dituntut, itu yang membuat sebagaian mahasiswa kewalahan beradaptasi di lingkungan perkuliahan, pertemanan juga menjadi faktor utama, sebagian mahasiswa gagal dalam penyesuaian diri ini. Di perkuliahan orang cenderung memilih teman yang berkualitas dan dianggap sebanding atau setara dengannya, hal ini menyebabkan sebagian mahasiswa baru kesulitan mendapatkan kelompok teman.
Jika seseorang telah berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungannya, yaitu dengan memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan bagi sekitar. Maka hal ini menjadi tanda diterimanya seseorang dilingkungan atau kelompok tersebut. Penyesuaian diri yang baik tercipta dari keseimbangan seseorang dalam mengelola dirinya dan juga lingkungannya.
Penyesuaian diri ada yang normal dan juga tidak normal atau menyimpang, menurut Syamsu Yusuf L.N (2018), penyesuaian diri yang normal adalah kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah dengan cara yang wajar, tanpa merugikan diri sendiri atau lingkungan dan sesuai dengan norma agama. Beberapa karakteristik penyesuaian yang normal yaitu sebagai berikut:
- Dapat mengontrol diri
- Terhinar dari mekanisme psikologis
- Tidak kecewa saat kebutuhannya tidak terpenuhi
- Objektif dan realistic
- Dapat mempertimbangkan dan mengarahkan diri
- Belajar dan pengembangan kualitas diri
- Memanfaatkan pengalaman
Sedangkan penyesuaian diri tidak normal atau menyimpang adalah Ketika seseorang mencoba memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalahnya dengan cara yang tidak wajar atau melanggar norma masyarakat.
Sebagian bahkan seluruh mahasiswa baru pasti merasakan culture shock di perguruan tinggi, terlebih lagi dengan lingkungan perkuliahan yang bisa dibilang sangat tidak biasa bagi mereka. Tugas, pertemanan, dan juga budaya di lingkungan perkuliahan yang membuat sebagian mahasiswa sulit untuk menyesuaikan diri dan pada akhirnya memutuskan untuk sendiri dan pasrah terhadap keadaan.
Brouwer (Alisjahbana,dkk, 1983) mencatat beberapa masalah yang harus diperhatikan mahasiswa yang kaitannya dengan penyesuaian diri atau status baru yang dihadapi, sebagai berikut:
- Perbedaan cara belajar dari jenjang sebelumnya
- Perpindahan tempat bagi mahasiswa yang merantau
- Pertemanan dan pergaulan baru
- Perubahan relasi
- Dan nilai-nilai hidup
Lalu apa yang terjadi jika seorang individu terkhususnya mahasiswa gagal dalam penyesuaian diri, apakah mereka akan dikucilkan. Ketika seseorang gagal dalam penyesuaian dirinya tentu yang dirasakannya cemas bahkan bisa mengalami depresi, gagal menyesuaikan diri dapat menjadi penyebab stress, karena pada dasarnya kesehatan mental merupakan kunci dari penyesuaian diri yang sehat maka dari itu penyesuaian diri sangat erat kaitannya dengan kesehatan mental.
Stress merupakan fenomena yang pasti dialami oleh semua individu, dalam psikologi stress adalah perasaan tertekan dan ketegangan mental. Tingkat stress yang rendah mungkin wajar bahkan tidak menimbulkan dampak apapun, akan tetapi tingkat stress yang tinggi justru menjadi bahaya bagi seseorang karena menyangkut dengan masalah bilogis, psikologis dan juga sosial. Menurut Silverman, et al. (2010), stress adalah reaksi tubuh terhadap perubahan yang membutuhkan respons, regulasi atau adaptasi fisik, psikologis, dan emosional, pemikiran yang menyebabkan frustasi, kemarahan, kegugupan dan kecemasan.