World Health Organization (WHO) telah menetapkan Corona disease sebagai pandemi pada Maret lalu. Penetapan dari wabah menjadi pandemi ini didasarkan oleh persebaran virus secara geografi yang telah mencapai 114 negara.
Indonesia yang pada awalnya terlihat sepele dalam menanggapi virus yang dikenal dengan sebutan Covid-19 ini, kini tengah berjibaku menangani 1.790 jiwa yang terpapar positif Covid-19, 112 dinyatakan sembuh, dan 170 meninggal dunia sebagaimana data terbaru perhari ini (2/4/2020).
Seiring dengan kepanikan yang melanda negri, dilansir BBC news pada 17 Maret 2020, beberapa sekolah di pulau jawa dari tingkat PAUD hingga SMA/SMK memilih menjalankan kegiatan belajar mengajar (KBM) dari jarak jauh, sebagaimana dikenal dengan pembelajaran daring. Perguruan tinggi baik negri maupun swasta juga turut menerapkan hal yang sama bagi mahasiswanya dikarenakan penyebaran virus Covid-19 mulai merata di setiap wilayah Indonesia.
Pemerintah dan sekolah tentunya telah memiliki rancangan kurikulum atau prosedur yang akan mereka laksanakan selama proses kegiatan belajar mengajar diadakan secara daring. Para guru diharapkan mampu lebih memaksimalkan kreatifitasnya untuk mentransfer ilmu kepada murid di masa-masa seperti saat ini.
Kemendikbud dengan cermat membaca situasi ini, melalui Platform Guru Berbagi untuk membantu guru melaksanakan pembelajaran dalam jaringan (daring). Lebih lanjut, melalui laman guruberbagi.kemdikbud.go.id, guru dan para penggerak pendidikan dapat saling berbagi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan beragam inspirasi praktik pendidikan.
Dilansir dari Liputan6, Plt. Dirjen GTK, Supriano mengatakan bahwa laman guru berbagi tersebut dapat digunakan sebagai upaya untuk saling berbagi semangat positif dan strategi pembelajaran yang kreatif. Sehingga guru tetap dapat melakukan proses pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan walaupun secara daring.
Jika mengacu pada data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), terdapat 171,17 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018. Sebagaimana yang ditemukan pada data yang dilakukan oleh APJII bahwa usia 15-19 memiliki penetrasi paling tinggi dalam menggunakan internet, yakni 91%. Maka, sesungguhnya jika model pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah dengan memaksimalkan aplikasi-aplikasi dengan internet, siswa tidak akan kesulitan untuk mengikutinya.
Demi memutus penularan dan penyebaran Covid-19, menetapkan belajar di rumah dan melakukan pembelajaran secara daring adalah keputusan terbaik. Namun, muncul dua pertanyaan yang mendasar bagi pembelajaran jarak jauh hari ini:
Pertama, walau data menunjukkan bahwa anak usia sekolah 15-19 tahun memiliki penetrasi penggunaan internet sebanyak 91%, apakah pembelajaran daring ini akan maksimal?
Kedua, jika guru tidak memahami secara optimal konsep pembelajaran jarak jauh atau daring, apakah murid tidak akan kewalahan dengan menumpuknya tugas dari sekolah?
"Belajar bukanlah mengkonsumsi ide, namun menciptakan dan terus menciptakan ide" - Paulo Friere