Lihat ke Halaman Asli

Gerimis di Tepi Kemarau

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1361781914405371100

Kau adalah tetes tangis langit di tepi kemarau. Temani derita di bingkai nomena. Memeluk hikmah di bangkai usia. Aku pun memandang absurd eksistensimu. Senyummu mengantar hening di sekitar harum nafas. Tangismu mengendap bisu di hambarnya waktu. Elegi akhir lagu di atas nisan kebersamaan. Rektifikasi makna cinta di salib pengkhianatan. Aku masih berbaring diantara aliran darah yang kau telan di ujung waktu tadi. Terpercik nuansa kelam di balik retak bayangmu. Percuma saja menghindari lisan-lisanmu. Karena gemuruh kata-kata itu semakin menguliti pikiranku. Karena tetes tangis langit ini masih setia menghampiriku. Karena aku masih mencintaimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline