Ketika kecil dulu saya pernah membaca sebuah buku yang di dalamnya terdapat sebuah gambar menarik perhatian, yakni gambaran seorang pria yang duduk di depan alat pemintal kapas, ditemani ilustrasi pabrik-pabrik tua dengan cerobong asap mengepulkan uap ke langit. Waktu itu, saya berpikir "Wow, betapa modernnya kehidupan di zaman itu ya!" Tapi kini, ketika duduk di depan layar laptop dengan kecerdasan buatan menyarankan langkah selanjutnya, saya tersenyum kecil. Ternyata dunia telah berjalan begitu jauh.
Era revolusi industri dimulai dengan mesin uap (Industri 1.0), kemudian melangkah menuju tenaga listrik dan produksi massal (Industri 2.0), lalu bergeser lagi ke digitalisasi (Industri 3.0), hingga mencapai otomatisasi canggih berbasis teknologi di era Industri 4.0.
Namun, apa yang sedang kita hadapi berikutnya (atau bahkan sudah mulai terjadi sekarang) bukanlah sekadar "versi upgrade" dari pendahulunya. Ia adalah lompatan besar yang tidak hanya mengubah cara kita bekerja, tetapi juga memaksa kita memikirkan kembali arti dari menjadi manusia.
Bayangkan, dalam Industri 4.0, teknologi adalah pusat perhatian, seperti para robot bekerja di pabrik, big data menganalisis pola pasar, dan Internet of Things menghubungkan dunia dalam satu klik.
Namun, Industri 5.0 mengajak kita untuk menggeser fokus itu. Kini, manusia kembali menjadi pusat. Dalam visi ini, teknologi dirancang untuk mendukung nilai-nilai kemanusiaan, bukan menggantikannya.
Tantangannya bukan lagi "bisakah teknologi melakukan ini?" melainkan "bagaimana teknologi membantu manusia agar lebih baik dalam melakukannya?"
Dari Uap ke Otak Digital
Perjalanan revolusi industri telah dimulai sejak abad ke-18, saat mesin uap menciptakan gelombang baru dalam produksi tekstil. Ini adalah era Industri 1.0, masa di mana tenaga manusia dan hewan mulai digantikan oleh mesin. Lalu datanglah listrik, yang memungkinkan produksi massal pada Industri 2.0. Era ini membawa pabrik ke skala yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Kemudian, dunia mulai mengenal komputer dan otomasi. Industri 3.0 adalah permulaan dari digitalisasi besar-besaran. Segala sesuatu yang analog berubah menjadi digital. Namun, revolusi tidak berhenti di situ saja. Pada tahun 2010-an, Industri 4.0 memperkenalkan kita pada konsep seperti IoT, kecerdasan buatan, dan otomatisasi canggih.
Tapi ada satu masalah besar disini, yaitu dimanakah peran manusia di tengah gemuruh teknologi ini?
Industri 5.0 menjawab keresahan tersebut. Menurut artikel From Industry 4.0 to Industry 5.0 di International Journal of Production Research, era ini menekankan kolaborasi antara manusia dan mesin. Teknologi dirancang bukan hanya untuk efisiensi, tetapi juga untuk keberlanjutan dan kesejahteraan manusia.