Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Planmaker & Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Aplikasi Budgeting, Membantu atau Menambah Stres Finansial?

Diperbarui: 26 September 2024   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar diolah dari freepik.com / DC Studio

Di era digital, selain kemudahan ia juga memunculkan paradoks baru dalam pengelolaan keuangan pribadi. Banyak orang mengandalkan aplikasi budgeting untuk mengontrol pengeluaran dan tabungan mereka. Beberapa aplikasi budgeting seperti Money Lover, YNAB, Wallet, Monefy, Finansialku, dan lain-lain adalah sebagian diantaranya.

Akan tetapi, apakah aplikasi tersebut memang benar-benar mampu membuat hidup finansial kita lebih tenang atau justru makin menambah beban? Yuk kita kupas faktanya.

#1. Ilusi Kontrol atau Kenyataan?

Aplikasi budgeting sering kali dipasarkan sebagai alat untuk memberikan kontrol penuh atas keuangan. Kamu mungkin pernah mendengar, "Dengan aplikasi ini, kamu bisa tahu setiap pengeluaran hingga ke detail terkecil!" Kedengarannya hebat, bukan? Tapi faktanya, tidak semua orang siap menerima "pengingat" bahwa mereka terlalu banyak menghabiskan uang untuk kopi latte setiap hari.

Penelitian FINRA (2018) menunjukkan bahwa meskipun aplikasi budgeting memiliki potensi besar untuk membantu pengelolaan keuangan, banyak pengguna yang justru merasa lebih stres karena informasi keuangan yang terlalu detail ini. Alih-alih merasa terkendali, mereka justru terjebak dalam lingkaran kecemasan tentang setiap pengeluarannya.

Coba bayangkan, setiap kali kamu membuka aplikasi tersebut, kamu disuguhkan grafik yang menunjukkan betapa besarnya pengeluaran harianmu untuk hal-hal sepele. Rasanya seperti ada alarm darurat keuangan yang berbunyi setiap saat. Alih-alih menenangkan, aplikasi ini seringkali membuat penggunanya merasa bersalah dan cemas.

John C. Maxwell pernah berkata, "Budgeting is telling your money where to go instead of wondering where it went." Namun, ketika aplikasi budgeting mengubahnya menjadi pengingat konstan tentang pengeluaran impulsif, apakah hal itu masih bisa disebut membantu atau justru sebaliknya?

 

Penggunaan aplikasi budgeting yang terlalu detail dapat memicu stres tambahan bagi penggunanya | Ilustrasi gambar: freepik.com / DC Studio

#2. Manajemen Data yang Overload: Masalah atau Solusi?

Satu hal yang tidak banyak disadari adalah bahwa aplikasi budgeting terkadang dapat menjadi black hole informasi keuangan. Setiap transaksi harus dicatat, setiap pengeluaran harus dikategorikan, setiap tagihan harus diingatkan. Meski awalnya terkesan praktis, lama kelamaan hal ini akan menjadi terlalu membebani.

Ketika pengguna mencoba mencatat semuanya, mereka mungkin akan merasa frustrasi dengan jumlah data yang harus dikelola. Kebanyakan dari kita sebenarnya tidak siap untuk menangani detail sekecil itu dalam kehidupan sehari-hari. FINRA (2018) juga mencatat bahwa terlalu banyak informasi keuangan justru bisa membingungkan, apalagi jika aplikasi memberikan saran-saran yang tidak sesuai dengan kondisi finansial pengguna.

Kita mungkin sering mendengar, "Informasi adalah kekuatan," tapi bagaimana jika informasi itu justru membuat kamu semakin ragu? Setiap keputusan finansial dihadapkan pada rentetan analisis yang melelahkan. Akhirnya, aplikasi yang seharusnya membantu justru memperburuk kecemasan pengambilan keputusan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline