Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Ketika Tidak Ada Ajakan untuk Bukber Ramadan

Diperbarui: 19 Maret 2024   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Bukber Ramadan sebaiknya lebih selektif dilakukan | lustrasi gambar : pixabay.com / OleksandrPidvalnyi

"Hei guys, weekend ini kita bukber yuk. Kesempatan setahun sekali nih. Sayang banget kalau dilewatin."

Isi pesan ajakan untuk buka puasa bersama (bukber) menjadi sebuah ritual rutin setiap kali bulan Ramadan datang. Bukber Ramadan menjadi momen yang sepertinya tidak ingin disia-siakan oleh sebagian kalangan untuk kongko bareng dalam sebuah balutan seremoni bukber.

Seru sih. Apalagi jika itu dilakukan sekaligus sebagai ajang reuni teman-teman lama seperti teman kuliah, teman sekolah SMA, teman SMP, SD, bahkan mungkin teman semasa TK.

Biarpun setiap bukber Ramadan umumnya harus mengeluarkan sejumlah finansial tertentu, tidak sedikit yang tetap antusias. Bukber Ramadan dengan teman kerja, bukber teman tongkrongan, bukber teman di kampung, bukber reuni sekolah, dan seterusnya.   

Meski ada juga yang menggerutu karena undangan bukber Ramadan datang bertubi-tubi. Isi dompet jadi terkuras lebih cepat dari biasanya karena harus membayar iuran untuk berbuka.

Namun, situasi tersebut berlaku bagi orang-orang yang mendapatkan ajakan untuk bukber Ramadan. Bagaimana dengan kelompok yang sebaliknya? Atau orang-orang yang tidak mendapat ajakan untuk bukber Ramadan samasekali? Adakah diantara kalian yang mengalaminya?

Ramadan Tanpa Bukber

Ramadan tanpa bukber terasa hambar ? Belum tentu. Lagian selama ini ritual bukber Ramadan kebanyakan justru berisi acara sorak sorai suka cita atau saling ledek dan gurau para peserta. Sebagiannya lagi bahkan dengan sengaja mengabaikan Sholat Tarawih. Atau bahkan Sholat Maghrib.

Singkat kata, masih ada yang menjadikan bukber Ramadan sebagai bagian terpisahkan dari meresapi keutamaan bulan Ramadan, atau hanya sekadar menganggapnya sebagai acara untuk makan-makan. Sebatas itu saja. Jadi, apa bedanya dengan makan bareng di hari biasa?

Aku pribadi tidak memandang buruk acara bukber, selama dalam praktiknya tidak sampai menganaktirikan aktivitas lain yang lebih penting. Bagaimanapun, menjaga silaturahmi itu baik. Bersosialisasi juga hal yang lumrah demi menjaga keakraban sosial.

Cuma memang harus diperhatikan kadarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline