Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Pengalaman Memakai Kateter Urin Pasca Melahirkan, Ini 3 Pelajaran yang Bisa Dipetik

Diperbarui: 4 Juni 2022   02:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kateter urine.| Shutterstock/meeboonstudio

Penghujung tahun 2017 yang lalu merupakan satu satu momen yang menyisakan kesan mendalam dalam kehidupan pribadi seorang rekan. Kala itu, putra pertamanya lahir melalui prosesi lahiran secara normal disebuah klinik dekat tempat tinggalnya.

Namun, tidak lama berselang pasca persalinan ternyata istrinya mengalami gangguan kesehatan yang cukup serius. Ia tidak bisa buang air kecil. Awalnya hanya bisa dalam jumlah yang sedikit, tapi lama kelamaan tidak bisa sama sekali.

Tak ayal sang istri pun dibawa kembali ke klinik tempatnya melakukan persalinan guna mendapatkan penanganan medis segera. Dan kala itu pihak klinik melakukan upaya memompa keluar cairan yang sudah terlanjur penuh didalam kandung kemih sang istri.

Rasa nyeri seperti orang ingin buang air kecil bisa dirasakan, namun tanpa bisa untuk mengeluarkan cairan urin. Sehingga selepas dipompa maka kondisi istri rekan tersebut terlihat membaik daripada sebelumnya.

Saat itu, pihak klinik menyatakan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh kelelahan otot rahim yang terlalu lama berkontraksi sebelum melahirkan. Sekadar informasi, waktu itu istri mengalami pecah ketuban pada sekitar jam 11 malam. Berhubung kala itu pihak keluarga masih ingin mengalami proses lahiran secara "konvensional", maka bukannya segera dibawa ke klinik malah justru memanggil dukun beranak.

Sayangnya, keterampilan sang dukun juga terbatas. Istri rekan saya sudah disuruh mendorong bayinya (baca: mengejan) layaknya sudah benar-benar mau melahirkan. Padahal sebenarnya masih relatif lama. Kalau bisa dibilang barangkali baru pembukaan 3.

Hal itu terus berlangsung dari malam hingga pagi hari. Setiap kali perut sang istri terasa mules, sang dukun menyuruhnya mengejan. Sampai-sampai istri rekan saya tadi menjadi begitu lelah.

Setelah dirasa tidak terlihat adanya perkembangan yang berarti, barulah sang dukun sendiri yang berinisiatif agar proses persalinan dilarikan ke klinik bersalin terdekat.

Salah Penanganan

Singkat cerita, baru sekitar pukul 3 sore sang bayi berhasil dilahirkan ke dunia. Awalnya semua terlihat baik-baik saja meskipun berjam-jam sebelumnya sang ibu harus menjalani periode yang melelahkan dalam prosesi melahirkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline