Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Urgensi Mutu Produk dan Pengaruhnya terhadap Efisiensi serta Profitabilitas Bisnis

Diperbarui: 19 Maret 2022   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aspek kualitas produk sangat penting bagi bisnis | Sumber gambar: pixabay

Ada yang mengatakan bahwa produk berkualitas akan mampu menjual dirinya sendiri. Meski ada beberapa pernyataan lain yang mengatakan bahwa terjual tidaknya suatu produk bergantung pada tangan penjualnya. Namun, produk berkualitas akan selalu memiliki nilai lebih dibandingkan produk yang ala kadarnya dan terlebih dibandingkan produk berkualitas buruk.

Bagaimanapun juga, pengguna dari sebuah produk akan memahami dan bisa membedakan mana produk berkualitas dan mana yang tidak. Pada saat sebuah produk bermutu rendah dibeli oleh konsumen karena terpikat oleh narasi penjualnya, maka bisa jadi mereka hanya akan membeli saat itu saja. Sementara untuk mengulang pembelian akan sangat sulit terjadi.

Lain halnya ketika produk bermutu baik sekadar "ditemukan" oleh pembeli atau belum memperoleh bantuan narasi marketing, maka persepsi yang timbul terhadap produk tersebut akan tetap baik. Sehingga kemungkinan konsumen untuk membeli itu lagi sangatlah mungkin terjadi.

Dalam hal ini kita mungkin beranggapan bahwa produk berkualitas akan sangat membantu bisnis dalam meningkatkan penjualannya. Padahal manfaatnya lebih besar dari itu.

Produk berkualitas juga turut memberikan dampak terhadap perbaikan secara operasional. Efisiensi proses menjadi lebih baik seiring semakin banyaknya produk berkualitas yang dilahirkan.

Ketika industri manufaktur memasuki masa keemasan, khususnya setelah ditemukan konsep mass production yang digawangi Ford Motor Company, cukup banyak perusahaan manufaktur lain yang hanya mempedulikan kuantitas produksinya saja. Meskipun ditemukan beberapa produk defect lini produksi dibiarkan terus mengalir.

Bahkan perusahaan sebesar Samsung pun pernah memiliki melakukan aksi "spartan" di lini produksinya dengan membiarkan produk elektroniknya kala itu meskipun ada masalah kualitas tetap dilanjutkan untuk jalan produksi. Sesuatu yang kemudian membuat Samsung diambang kehancuran.

Namun, secara perlahan tapi pasti perubahan mindset yang dibawa oleh "Sang Penyelamat" Samsung, Lee Kun-Hee (Putra dari pendiri Samsung) menjadikan perusahaan asal Korea Selatan itu bangkit. Dengan mempelajari konsep Toyota Way dari perusahaan-perusahaan Jepang yang kala itu tengah mencapai masa kejayaan, maka Samsung pun semakin peduli terhadap kualitas.

Tanggung jawab kualitas berada dipundak semua pihak di lini operasional maupun non operasional. Bahkan tataran level terbawah sekalipun memiliki kewenangan tinggi untuk menghentikan sementara produksi jikalau terjadi masalah kualitas.

Semua itu dimaksudkan agar produk suatu bisnis bisa bersaing di market, dan disisi lain tidak menjadikan upaya pembuatan produk tersebut menjadi sia-sia. Percuma saja memproduksi produk dalam jumlah besar jikalau akhirnya produk tersebut hanya mangkrak di gudang karena gagal untuk dijual.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline