Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Demand Forecast vs Demand Management, Ini yang Perlu Diketahui Para Pelaku Bisnis

Diperbarui: 8 Februari 2022   15:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi data pemintaan (demand) | Sumber gambar: pixabay

Memahami permintaan (demand) dengan segala dinamikanya merupakan sesuatu yang sangat penting bagi sebuah unit bisnis. Berdasarkan penelitian dari suatu lembaga riset, memiliki akurasi data yang baik dalam menilai suatu permintaan berimplikasi positif terhadap perbaikan performa bisnis secara keseluruhan. Sehingga berbagai upaya pendekatan pun dilakukan agar supaya korporasi bisnis memperoleh "penerawangan" yang paling mendekati kenyataan yang ada.

Namun, apakah itu berarti dengan mengetahui secara lebih baik pola permintaan di waktu-waktu mendatang sudah merupakan upaya yang paling maksimal? Ternyata belum tentu juga. Memahami suatu pola permintaan memang sangat bermanfaat untuk membuat strategi penyesuaian. Hanya saja hal itu masih belum sepenuhnya menuntaskan masalah yang ditimbulkan dari dinamika permintaan tersebut terhadap operasional suatu bisnis.

Adakalanya mengetahui dinamikan permintaan sebagaimana realitas yang terjadi di lapangan masih belum mampu mengatasi persoalan untuk menjadikan unit bisnis beroperasi dengan lebih efisien. Misalnya, ketika realitas permintaan menunjukkan fluktuasi yang tinggi, naik dan turun, maka apakah itu berarti operasional bisnis harus turut menaik turunkan kapasitas produksinya juga?

Dalam beberapa model bisnis hal itu mungkin mudah dilakukan. Tapi tidak demikian dengan beberapa jenis bisnis yang lain. Terutama yang memiliki kompleksitas tinggi dalam aktivitas operasionalnya.

Disamping itu, bukan tidak mungkin fluktuasi permintaan yang tengah membumbung tinggi naik pesat sehingga melebihi kapasitas yang ada. Sementara pada kesempatan yang lain turun begitu jauh dari titik puncak tersebut. Kondisi ini tentu tidak serta merta bisa diikuti oleh para pemilik bisnis karena tentu akan sangat memberatkan.

Oleh karena itu diperlukan adanya "campur tangan" aktif dari para pelaku bisnis untuk turut mempengaruhi kondisi dari permintaan. Dalam hal ini, demand forecast atau ramalan akan permintaan cenderung lebih menitikberatkan pada tujuan untuk mengetahui realitas dari suatu permintaan di waktu-waktu mendatang. Dengan kata lain, permintaan berjalan apa adanya.

Sementara yang diperlukan disini adalah langkah proaktif dari para pelaku bisnis untuk mempengaruhi konsumen di market agar supaya tindakannya menyesuaikan seperti yang diharapkan. Katakanlah pada periode-periode tertentu ketika pemintaan membumbung begitu tinggi sementara pada periode yang lain turun begitu rendah, maka upaya seperti price mechanism bisa dilakukan.

Pelaku bisnis menawarkan layanan yang lebih terjangkau pada titik-titik ketika permintaan lesu dan memberlakukan tarif yang lebih tinggi dikala permintaan membumbung begitu tinggi sehingga permintaan tersebut "dialihkan" oleh konsumen menuju periode yang lain.

Upaya ini disebut dengan demand management, dimana para pelaku bisnis bertindak lebih proaktif untuk memberikan pengaruh terhadap pola permintaan yang ada di market.

Tapi tentunya mekanisme seperti price mechanism ini tidak selalu bisa diterapkan pada sembarang jenis bisnis, terutama yang memiliki persaingan ketat. Hal ini akan efektif apabila diterapkan oleh perusahaan bertipe monopoli seperti PLN dan sejenisnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline