Bagi sebuah bisnis, terutama yang memiliki produk berwujud barang, keberadaan gudang atau warehouse tentu merupakan suatu kebutuhan yang tidak terhindarkan. Terlepas gudang tersebut merupakan milik sendiri ataupun menyewa dari pihak ketiga.
Sekilas, fungsi dari gudang tersebut memang relatif sederhana. Yaitu untuk menyimpan barang jadi, bahan material, spare part peralatan, dan lain sebagainya. Jika ditelisik lebih jauh sebenarnya peran gudang sendiri cukup strategis dalam pengelolaan sebuah bisnis.
Gudang bisa menjadi acuan dilanjutkan atau tidaknya produksi ketika level stok barang yang tersimpan didalamnya sudah mencapai titik tertentu. Apakah proses produksi bisa terus dijalankan ataukah harus dihentikan terlebih dulu untuk sementara waktu.
Disamping itu, keberadaan gudang juga sangat berpengaruh terhadap potensi adanya uang mandeg akibat adanya beberapa stok barang yang berstatus slow moving maupun death stock. Sehingga dalam hal ini keberadaan gudang seharusnya bisa lebih dioptimalkan lagi untuk menjadi alat bantu kontrol dari perjalanan operasional sebuah bisnis.
Gudang yang Terlanjur Ruwet
Ada satu permasalahan yang sangat umum terjadi ketika pengelolaan gudang hendak dibuat lebih sistematis dari sebelumnya beroperasi tanpa prosedur dan arah yang jelas.
Akan ada kondisi dimana kesemrawutan kadung terjadi dan kita tidak bisa menolak kenyataan tersebut selain memang harus dituntaskan secara bertahap dan sedikit demi sedikit.
Idealnya, gudang yang rapi itu memiliki standar penataan mulai dari peletakan hingga batasan kuantitas. Dengan kondisi awal yang sudah terlanjur tidak tertata atau asal-asalan maka hal itulah yang sesegera mungkin perlu dirombak sedemikian rupa sehingga menjadi lebih tertata sebagaimana standar yang ditetapkan.
Dalam hal ini, keberadaan standar adalah titik awal untuk memulai langkah menata ulang kondisi gudang sebagaimana yang kita inginkan. Standar merupakan sebuah kondisi ideal yang ingin kita tuju dari kondisi saat ini yang tentunya masih belum sesuai dengan hal itu.