Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Strategi Perencanaan Produksi dan Konsekuensinya terhadap Operasional Bisnis

Diperbarui: 20 Oktober 2021   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi strategi bisnis | Sumber gambar : corporatefinanceinstitute.com

Seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya bahwa aspek perencanaan produksi memiliki peranan sangat vital terhadap pengelolaan bisnis secara keseluruhan. Strategi perencanaan yang diusung sebagai upaya pemenuhan order akan berimplikasi langsung terhadap aktivitas operasional.

Perencanaan produksi sebagai hierarki tertinggi dalam sistem manufaktur pada umumnya menganut tiga jenis strategi untuk menghasilkan produknya, yaitu stategi level method yang menitikberatkan pada kestabilan proses produksi, seperti menjaga level output produki harian di level tertentu berapapun jumlah stok barang jadi yang tersedia di ruang penyimpanan.

Level method menginginkan produktivitas proses produksi terjaga. Karena produksi yang start-stop akan memicu loss seperti aktivitas setting maupun set up yang berulang dan sering dilakukan. Sebaliknya, hal itu akan bisa diminimalkan seiring proses yang berjalan kontinyu. Meskipun risikonya adalah terjadi penumpukan stok barang jadi apabila penjualan atau pengeluaran barang terhambat.

Strategi selanjutnya adalah chase strategy. Yang mana disini fokus perhatian lebih mengedepankan pada level stok barang jadi, sementara kestabilan proses cenderung  "dikorbankan". Fluktuasi proses akan sangat bergantung pada level stok barang yang tersedia di gudang.

Apabila stok produk masih belum mencapai level yang diinginkan maka produksi akan terus running. Kontinyuitas pengeluaran atau penjualan barang juga berkontribusi signifikan terhadap dinamika operasional. Sisi positifnya, tidak akan terjadi penumpukan stok barang melebihi batas  yang ditentukan yang mana hal ini akan menjadikan "pemandangan" di area kerja terlihat lebih tertata dan rapi.

Untuk strategi ketiga lebih merupakan kombinasi dari keduanya atau compromise strategy. Yang mana dalam hal ini proses produksi akan berhenti beroperasi selama masih ada stok barang yang tersedia. Dan baru akan mulai running produksi kembali ketika jumlah stok yang ada sudah habis. Selanjutnya, produksi akan terus berjalan konstan sampai total permintaan hingga ujung periode terpenuhi.

Idealnya, dari ketiga jenis strategi perencanaan produksi tersebut compromise strategy akan memberikan keuntungan terbaik. Terutama apabila korporasi bisnis ingin mengadopsi prinsip Just In Time (JIT) dalam pengelolaan inventorinya.

Namun, konsep ini memerlukan komitmen tinggi dalam hal sumber daya pendukung yang prima. Dalam artian jika sampai waktunya untuk running produksi maka pada saat itu pula proses produksi harus dijalankan. Tidak boleh ditunda atau dimundurkan dengan alasan apapun karena akan berdampak pada kondisi stok yang kosong atau minus dalam memenuhi permintaan.

Lini operasional harus memiliki kesiapan penuh dalam mendukung setiap strategi perencanaan yang dipilih. Meskipun ada salah satu strategi yang punya kecenderungan lebih diminati tetapi hal itu tetap tergantung pada keputusan masing-masing pelaku bisnis. Sisi positif dan negatif harus ditimbang sedemikian rupa sehingga keseluruhan aktivitas bisnis bisa berjalan lancar tanpa kendala.

Salam hangat,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline