Snack atau jajanan merupakan produk yang sebenarnya bisa dijalankan oleh siapa saja. Tidak harus bermodal besar.
Sehingga tidaklah mengherankan apabila cukup banyak industri rumahan dengan skala operasi yang tergolong kecil turut serta menggeluti jenis bisnis ini.
Namun, meski terjun pada jenis usaha yang sama para industri besar umumnya masih mendapatkan potensi keuntungan yang lebih baik ketimbang industri kecil. Hal ini mungkin terkesan tidak adil. Bahwa yang besar makin berkuasa, sedangkan yang kecil terus akan tertinggal.
Terlepas dari stigma besar kecilnya suatu industri tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa ada satu sisi keuntungan dari industri besar seiring besaran modal yang mereka miliki dan juga kuantitas produksi dalam jumlah besar juga memberikan margin keuntungan yang lebih baik.
Kuncinya terletak pada Harga Pokok Produksi (HPP) dari produk yang dihasilkan. Karena seperti yang sudah umum dipahami bahwa kunci untuk mengais keuntungan itu ada dua.
Pertama, menaikkan harga jual. Kedua, menurunkan ongkos produksi.
Margin keuntungan didapat dari selisih antara biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk dengan harga jualnya. Semakin besar selisihnya maka nilai keuntungan yang didapat pun akan semakin besar.
Industri besar umumnya bisa membeli material pendukung proses produksinya dalam kuantitas yang memungkinkan mereka memperoleh harga beli satuan yang lebih baik. Dengan kata lain, modal yang mereka miliki memungkinkan industri besar ini untuk membeli material melebihi batas minimal sehingga mendapatkan diskon harga.
Maka dalam banyak bahasan perihal manajemen industri ada konsep yang namanya Minimum Order Quantity atau MOQ. Hal ini sebenarnya bukan sebatas jumlah order minimal yang harus dibeli oleh suatu pelaku bisnis.
Mereka bisa saja membeli dalam jumlah yang lebih sedikit sebagaimana umumnya dilakukan oleh industri kecil. Akan tetapi hal itu akan menjadikan harga material per satuan menjadi lebih mahal.