Ada beberapa variasi proses produksi yang dapat diadopsi sebagai strategi pemenuhan order dari konsumen. Diantaranya yaitu Assemble to Order (ATO), Engineer to Order (ETO), Make to Order (MTO), dan Make to Stock (MTS). Namun dari beberapa strategi tersebut MTO dan MTS lebih sering diperbandingkan satu sama lain.
Mungkin karena kedua jenis strategi tersebut merupakan yang paling sering diterapkan oleh sebagian besar pelaku bisnis khususnya yang bergerak di bidang manufaktur.
Dalam kaitannya dengan pengelolaan penjadwalan produksi, MTO menitikberatkan pelaksanaan proses produksi apabila sudah ada konfirmasi pesanan dari konsumen. Konfirmasi terkait jalan atau tidaknya produksi adalah berdasarkan ada tidaknya order yang diterima.
Sedangkan untuk MTS sendiri lebih mengedepankan level ketersediaan stok untuk mengonfirmasi apakah suatu proses produksi perlu dijalankan atau tidak. MTS berkepentingan agar stok produk selalu tersedia dalam situasi dan kondisi apapun.
Perbedaan ini mengharuskan pemilahan tersendiri tatkala menyusun penjadwalan produksi. Karena landasannya berbeda maka penyusunan jadwalnya pun perlu menyesuaikan.
Penjadwalan produksi yang mengacu pada MTO adalah memberikan jumlah sebagaimana yang diminta pada order tersebut. Tentu dengan allowance yang wajar agar hasil akhir produk tidak menyimpang jauh dari permintaan. Angka yang dijadwalkan lebih jelas seiring angka permintaan yang ada lebih pasti.
Kalau jumlah permintaannya sebanyak 10 buah, maka yang diproduksi adalah 10 buah juga plus minus allowance. Demikian halnya saat permintaannya 100, 1000, dan seterusnya. Produksi baru dijadwalkan beroperasi tatkala angka-angka tersebut sudah dikonfirmasi dan selanjutnya akan diproduksi sesuai permintaan.
Sementara itu, penjadwalan produksi yang mengacu pada MTS memiliki pertimbangan yang sedikit berbeda dari MTO.
Penjadwalan MTS