Pada artikel "Misi Penjadwalan Produksi dan Dampaknya Terhadap Kinerja Bisnis" sudah diutarakan perihal peran penting scheduling terhadap kinerja bisnis dalam menghasilkan profit. Penjadwalan produksi sebisa mungkin dikondisikan sedemikian rupa sehingga hanya mengalami gangguan kecil atau bahkan tidak samasekali.
Penjadwalan yang terganggu mengakibatkan proses yang tidak smooth dan berisiko mereduksi produktivitas. Dan gangguan tersebut bisa jadi berasal dari faktor internal seperti kerusakan peralatan, kendala SDM, dan sejenisnya. Selain itu, ada juga faktor eksternal yang bisa turut berpengaruh menciptakan gangguan serupa.
Aspek-aspek eksternal memang memiliki keterkaitan yang relatif erat dengan penjadwalan produksi. Penjadwalan akan berjalan sesuai rencana hanya jika faktor-faktor penunjangnya siap sedia sesuai waktu yang ditentukan pada jadwal. Salah satu kendala yang dikontribusi oleh eksternal yaitu perihal ontime tidaknya suplai material serta beberapa resource pendukung lain.
Keterlambatan bisa terjadi karena adanya masalah teknis pada internal masing-masing supplier. Namun bisa juga karena sesuatu yang lebih bersifat non teknis.
Pergantian
Sangatlah wajar kiranya apabila sebuah bisnis senantiasa mencari alternatif terbaik dari waktu ke waktu dalam pengelolaannya. Mungkin itu upaya untuk mendapatkan harga bahan baku termurah, mesin paling kompatibel, atau mungkin outsourcing yang lebih berkualifikasi.
Dalam prosesnya, hal itu seringkali tidak berjalan mulus. Transisi yang diharapkan terjadi secara smooth acapkali terkesan "gradak-gruduk" hanya karena perbedaan detail selisih harga, diskon, dan beberapa kesepakatan lain.
Kondisi tersebut mengakibatkan eksekusi yang berbelit-belit dan memakan waktu lama. Akibatnya, kesiapan resource yang sesuai lead time seharusnya bisa terpenuhi menjadi terkendala. Molor dari estimasi waktu yang diperkirakan sebelumnya. Jadwal yang dirancang diawal pun mau tidak mau mesti ditata ulang.
Sementara kondisi semacam itu mungkin akan sering terjadi apabila kebijakan gonta-ganti supplier masih terus dijalankan sedangkan langkah antisipasi untuk menjembatani transisi tersebut masih belum berjalan secara maksimal.
Mengganti satu supplier ke yang lain khususnya yang menyangkut operasional rutin proses produksi tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba tanpa mengorbankan apapun. Kerapkali hal itu menyebabkan terjadinya shortage atau keterlambatan yang ujung-ujungnya menjadi masalah.