Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

"Safety Stock" dan "Allowance" yang Lepas Kendali Akan "Menyakiti" Bisnis

Diperbarui: 8 September 2021   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gudang penyimpanan barang.| Sumber: freepik.com/senivpetro via Kompas.com

Ada begitu banyak ketidakpastian dalam sebuah perjalanan bisnis. Utamanya yang terkait dengan dinamika permintaan dan penawaran. Terkadang sebuah permintaan melonjak cukup pesat. Tapi tidak jarang permintaan itu pun juga mengalami terjun bebas daripada periode sebelumnya.

Sementara disisi lain tingkat persaingan yang ketat di dunia bisnis mengharuskan setiap pelaku bisnis untuk senantiasa sigap. Dalam artian bahwa mereka harus selalu mengupayakan bahwa produk-produk mereka bisa diperoleh dengan mudah di pasaran. 

Terlebih ketika produk tersebut merupakan kelompok "produk umum" yang dengan mudah ditemui substitusinya.

Keberadaannya yang langka di pasaran tidak membuat para konsumen khawatir karena masih ada pihak lain yang mampu menyediakan barang serupa. Misalnya produk air mineral kemasan yang jumlahnya cukup bejibun. 

Ketiadaan satu merk produk tertentu jarang sekali menjadikan calon pembelinya enggan untuk membeli barang merk yang lain. Terkecuali memang bagi para konsumen loyal.

Hanya saja seloyal-loyalnya pembeli kalau kebutuhan mereka cukup mendesak sementara barang yang mereka butuhkan tidak ada maka sepertinya idealisme untuk setia pada satu merk produk tertentu juga akan terkikis. Produk merk apapun akan diambil selama masih dalam batas yang mereka yakini.

Sehingga untuk mengantisipasi kemungkinan terlambatnya pasokan maka beberapa pelaku bisnis menerapkan kebijakan membuat stok cadangan atau safety stock yang dimaksudkan sebagai stok darurat guna mencukupi permintaan pasar sembari menunggu penyiapan stok barang yang baru.

Yang namanya safety stock umumnya hanya dibuat dalam jumlah terbatas berdasarkan kalkulasi tertentu. Dengan mempertimbangkan data historikal sekaligus mungkin intuisi pengambil kebijakan maka angka safety stock tersebut seringkali berbeda antar masing-masing pelaku bisnis. 

Ada yang main aman dengan level stok cadangan yang minimalis. Tapi ada juga yang pada waktu-waktu tertentu mengambil risiko lebih meningkatkan secara drastis jumlah cadangan stoknya.

Pada tahun 1998 lalu tatkala krisis moneter melanda, perusahaan yang pernah menjadi tempat saya berkarier berani mengambil risiko besar untuk menaikkan level stok cadangannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline