Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Saat Seorang Atasan Kalah Pintar dengan Anak Buahnya

Diperbarui: 8 Juni 2021   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang atasan perlu terlihat cakap dihadapan anak buahnya | Sumber gambar : www.maryleegannon.com

Sayogianya, seorang atasan itu umumnya unggul dalam berbagai hal dibandingkan anak buahnya. Terkait dengan urusan pekerjaan, seorang atasan semestinya lebih menguasai seluk beluk pekerjaan serta mengetahui setiap celah dan konsep berfikir yang melandasi pekerjaan tersebut. 

Seorang atasan kerapkali dipandang lebih cakap dibandingkan anak buahnya. Sehingga wajar kiranya apabila ada anak buah yang mengalami kesulitan lantas mengadu kepada atasannya, mengajak diskusi, meminta masukan, dan bahkan meminta arahan solusi penyelesaian atas masalah yang sedang dihadapi.

Namun terkadang tidak bisa dipungkiri juga bahwa situasi ideal semacam itu ternyata tidak selalu terjadi di semua tempat. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada seorang atasan yang ternyata kalah cakap dengan anak buahnya. 

Sebenarnya kalah cakap untuk detail urusan teknis itu terbilang wajar mengingat seorang atasan umumnya memang tidak menunaikan langsung daftar pekerjaan yang dilakukan oleh anak buahnya. Sehingga para anak buah yang memang setiap hari berurusan langsung akan lebih tahu luar dalam perihal pekerjaan yang ditunaikannya.

Sebagai atasan mungkin hanya sesekali melihat aktivitas menyangkut hal teknis karena bagaimanapun juga ranah mereka sudah masuk ke tataran strategis. Levelnya sudah jauh berbeda. Tataran strategis sudah menatap lebih jauh ke depan. Jika kondisinya seperti itu maka sebenarnya sah-sah saja apabila seorang atasan dikatakan kalah cakap dengan anak buahnya.

Yang menjadi masalah, ketika sang atasan tersebut justru seperti tidak tahu apa-apa mengenai pekerjaan anak buahnya. Logika dan prinsip-prinsip dari suatu pekerjaan tidak dipahami dengan baik sehingga mengesankan dirinya seperti atasan yang "plonga-plongo". 

Ketika diminta menjelaskan persoalan, anak buahnya yang disodorkan. Ketika diminta memberikan arahan, justru disuruh belajar sendiri. Sehingga sebagai anak buah yang memiliki atasan semacam itu akan merasa seperti tidak memiliki atasan sama sekali.

Tidak Harus Menguasai Semua, tapi Perlu Tahu Banyak Hal

Sebagai atasan, seseorang memang tidak harus cakap di segala hal. Tidak juga harus menguasai segala urusan teknis. Namun setidaknya mereka perlu tahu konsep berfikir dan alur proses sehingga tatkala terjadi suatu masalah maka ia akan mampu memberikan arahan atau masukan kepada anak buahnya yang memerlukan.

Menjadi atasan yang menguasai banyak hal terkait teknis mungkin merupakan suatu keunggulan tersendiri. Namun sebenarnya hal itu bukanlah prasyarat dasar agar seorang atasan tidak dicap sebagai bos yang "plonga-plongo". Yang paling penting sebenarnya adalah kemampuan untuk melihat dari sudut pandang lebih luas. Memahami tidak hanya dari satu sudut pandang saja, melainkan juga perlu melihat dari sudut pandang orang lain.

Tentunya sangat tidak mengenakkan tatkala sebagai atasan lantas dipandang remeh oleh anak buahnya sendiri. Selain merupakan bentuk hilangnya sikap respek, hal itu juga berisiko membuat anak buah lebih mudah mempermainkan kita selaku atasannya. Sehingga amatlah penting kiranya apabila seorang atasan yang tidak cukup tahu mengenai beberapa hal dalam cakupan pekerjaannya untuk mencari tahu dan belajar. Bahkan seandainya muncul perasaan gengsi saat harus belajar kepada anak buahnya sendiri maka hal itu perlu dihilangkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline