Suatu hari seorang pegawai perusahaan swasta, sebut saja namanya Rena, menerima instruksi dari atasannya untuk memberikan perintah tugas lapangan ke anggota timnya. Dalam tugas tersebut perlu adanya "uang jalan" guna keperluan operasional semacam ongkos jalan atau sejenisnya.
Normalnya, ongkos jalan tersebut akan dicover oleh uang milik perusahaan. Akan tetapi, sehubungan dengan adanya prosedur tertentu sehingga menjadikan uang jalan tersebut baru bisa cair seminggu kemudian.
Padahal saat itu atasan Rena menginginkan agar pekerjaan tersebut dilaksanakan saat itu juga. Sehingga mau tidak mau Rena pun terpaksan harus merogoh kocek pribadinya dalam rangka menalangi keperluan kerja tersebut. Anggapannya toh uangnya akan diganti seminggu lagi. Jadi seharusnya tidak masalah.
Dalam beberapa kasus situasi semacam itu sebenarnya sering dipandang sebagai sesuatu yang lumrah. Namun jikalau kondisi ini terus berulang maka tentunya akan cukup membebani pegawai yang bersangkutan.
Karyawan yang barangkali berpenghasilan biasa-biasa saja masih harus menalangi keperluan perusahaan yang sejatinya merupakan pihak yang menggaji pegawai tersebut.
Urusan pekerjaan memang sebaiknya terencana dengan rapi untuk segala hal. Sehingga sesuatu yang sifatnya mendesak bisa diminimalkan potensi terjadinya. Termasuk dengan keperluan biaya tertentu yang terkadang memang tidak bisa diambil sewaktu-waktu.
Namun terkadang kita tidak bisa menghindari "case" tertentu, di mana hal itu bisa saja memantik dilema antara kemungkinan pekerjaan yang tidak tuntas atau kita harus "berkorban" finansial guna memastikan penuntasan pekerjaan tersebut.
"Memahami kesulitan orang lain dan menjalin komunikasi yang baik adalah kunci untuk menuntaskan setiap masalah yang terjadi di tempat kerja."
Bagaimanapun juga situasi semacam ini harus bisa ditanggulangi oleh perusahaan selaku pihak yang paling berkepentingan. Jangan sampai pegawai yang harus memberikan talangan biaya sementara perusahaan sendiri sebenarnya mampu melakukan hal itu tanpa harus ditalangi.
Satu hal yang paling perlu dilihat disini adalah perihal prosedur. Apakah prosedur mengenai urusan finansial mampu mengakomodasi keperluan mendesak atau mengharuskan semua wajib terrencana beberapa hari sebelumnya.
Idealnya semuanya memang harus direncanakan. Hanya saja realitas seringkali tidak sepaham dengan hal itu. Sesuatu yang tidak terduga tetap harus diakomodasi sehingga seorang pegawai tidak sampai harus merogoh koceknya untuk menalangi keperluan organisasi yang tentunya memiliki penghasilan jauh berlipat ganda daripada gaji sang pegawai.
Hal ini sebenarnya hanya menyangkut prosedur yang semestinya bisa didesain sedemikian rupa sehingga mampu mengakomodasi setiap kemungkinan situasi di pekerjaan.