Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Ketika Seorang Bos Berkata, "Pokoknya..."

Diperbarui: 30 Maret 2021   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bos| Sumber: Halomoney via Tribunnews.com

Sudah merupakan suatu kewajaran tatkala seorang bos atau atasan memerintahkan sebuah pekerjaan kepada bawahan atau anak buahnya. 

Dalam suatu organisasi bisnis khususnya hal itu merupakan bagian tak terpisahkan dalam upaya menggerakkan perputaran roda organisasi di setiap lini penopangnya. 

Pada dasarnya, sebagian orang memiliki mandat tertentu yang menjadikannya lebih berwenang dan lebih berkuasa ketimbang sebagian orang yang lain. 

Mereka ini berada pada pos-pos tertentu di mana hal itu memungkinkan mereka untuk membuat kebijakan strategis atau pengambilan keputusan mengenai situasi dan kondisi yang terjadi.

Dalam prosesi tersebut tentu diharapkan semua pihak dapat ikut terlibat dan saling membantu satu sama lain. Jikalau memang dalam implementasinya terdapat suatu kendala tentunya hal itu merupakan sesuatu yang lumrah, wajar, dan sah-sah saja terjadi. 

Begitupun ketika terjadi ketidaksepahaman maupun ketidaksepakatan pandangan maka merupakan bagian dari tugas seorang pemimpin untuk memberikan arahan penjelas agar hal itu bisa dipahami sepenuhnya dan seutuhnya oleh seluruh pihak terkait. 

Baik itu kepada mereka yang berada dalam lingkup kepemimpinannya ataupun kepada pihak lain yang terlibat dalam koordinasi suatu pekerjaan.

Ilustrasi gambar : subscriptionschool.com

Perdebatan, adu argumentasi, dan saling sangkal pendapat juga merupakan dinamika yang acapkali melengkapi kehidupan suatu organisasi. Tidak terkecuali juga bagi organisasi bisnis. Sehingga keterampilan seseorang untuk berkomunikasi amat sangat diperlukan demi terciptanya kelancaran dalam menggapai tujuan. 

Sayangnya, tidak semua orang menguasai hal tersebut. Bahkan dalam diri sebagian orang yang mendapatkan mandat sebagai bos, atasan, ataupun pemimpin di sebuah organisasi sekalipun hal itu sangat mungkin terjadi.

Ketidakmampuan mereka untuk mengutarakan narasi secara tepat sehingga dapat dipahami dan diterima oleh orang lain pun akhirnya memicu "cara instan" untuk memastikan maksud dan tujuannya. 

Sebuah "maha argumen" yang sepertinya sampai saat ini masih belum ditemukan "penangkalnya". Sebuah perintah, instruksi, arahan, dan juga penjelasan yang didasarkan pada satu kata, "pokoknya". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline