Pernah mengalami momen tegang dan tidak nyaman setiap kali diajak meeting oleh Si Bos di tempat kerja?
Barangkali perasaannya hampir sama dengan ketika dulu pada masa-masa sekolah kita mengikuti mata pelajaran tertentu di mana gurunya terkenal killer.
Definisi guru killer sendiri mungkin sering disematkan kepada beliau-beliau yang "gemar" memberi hukuman, "hobi" marah-marah, "suka" mengunci pintu sehingga murid yang telat datang tidak bisa masuk, dan sebagainya.
Sensasi psikologis yang muncul ketika menjadi seorang murid dihadapan guru killer tersebut sepertinya terulang kembali saat kita terjun di dunia kerja dengan bos kita memiliki kecenderungan serupa.
Bedanya, kalau si guru killer biasanya dimaksudkan untuk kepentingan sang murid sendiri maka si bos killer umumnya cenderung membela kepentingan profit bisnis yang dikelolanya.
"Ketegangan emosi mungkin akan dirasakan oleh mereka sebagai pekerja yang bersua bos dengan berkecenderungan 'killer'. Namun hal itu seharusnya tidak menjadikan kita takut dan paranoid secara berlebihan. Apa yang berada dalam kendali kita maka itulah yang mesti dikerjakan dengan sebaik mungkin. Selebihnya, jalani saja."
Hubungan yang terjadi antara pekerja dengan bosnya atau antara murid dengan gurunya juga relatif jauh berbeda. Masing-masing dari keduanya diikat oleh dua jenis kepentingan yang berbeda satu sama lain. Hubungan bos dengan anak buah lebih mungkin didasarkan pada urusan materi, utamanya gaji.
Sementara relasi antara guru dan murid adalah perihal pendidikan, di mana seorang guru memiliki tugas dan tanggung jawab mendidik murid-muridnya sehingga bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Ada kepentingan jangka panjang dari setiap cara guru mempraktikan pengajarannya.
Disisi lain, hubungan bos dengan anak buah adalah kerja sama dan kesepahaman yang diikat oleh suatu kesepakatan. Bukan karena adab sopan santun, tata krama, atau akhlak yang melandasi mengapa anak buah harus taat pada ataasannya. Melainkan lebih kepada keharusan untuk patuh pada struktur organisasi.
Perkara moral lebih dominan dalam relasi antara guru dan murid. Berbeda halnya dengan relasi bos anak buah yang terkesan lebih formal, kaku, dan struktural.
Dari sudut pandang kita sebagai seorang anak buah ataupun murid yang pernah duduk di bangku sekolah, bersua dengan karakter killer dalam sosok bos maupun guru pengajar tentu memberikan sensasi khas.
Deg-degan, grogi, khawatir, was-was, atau mungkin paranoid. Meskipun bagi sebagian orang yang lain bisa jadi menganggapnya biasa-biasa saja atau justru terasa lebih menyenangkan. Namun orang-orang dengan perasaan semacam itu biasanya hanya sebagian kecil saja.