Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini memang telah "mempesona" banyak orang seiring keterpilihan beliau menduduki posisi Mensos menggantikan Juliari Batubara. Setiap gerak langkah Risma seolah begitu mudah memancing respon para "Lambe Turah" untuk berkomentar, mengkritik, atau mungkin bersikap nyinyir. Saat bersua tunawisma tidak sedikit yang menyebutnya drama. Ketika Risma membela keluarga korban kecelakaan Sriwijaya ada yang mengatakan bahwa itu bukan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Mensos. Dikala Risma ikut membungkus nasi serta membicarakan tentang erupsi seorang politisi berkilah bahwa hal itu bukan domain pekerjaannya.
"Tugas seorang mensos tidak didefinisikan melalui medsos oleh para 'lambe turah'. Risma bukanlah pejabat kemarin sore yang mesti diajari bagaimana caranya bekerja mengurus nasib rakyat banyak. Seberapa baik Risma akan mengemban tugasnya? Tinggal kita tunggu saja hasilnya."
Entah mengapa setiap kali Risma melangkah begitu mudah kita merespon, menanggapi, mengoreksi, atau bahkan mungkin mencaci. Padahal ada pejabat publik sejenis Bu Risma yang tidak jarang melakukan hal serupa. Entah karena Risma begitu menarik dikomentari atau pesona beliau memang begitu mudah membuat orang lain tergugah. Sayangnya mereka seringkali tidak sekritis itu menyoroti kinerja pejabat publik yang lain, mulai dari Pak Lurah, Walikota, hingga pejabat tinggi negara yang bisa jadi tidak sedikit diantaranya merupakan kolega mereka sendiri.
Saya kira Risma sudah tahu apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya selaku Mensos. Tidak perlu diajari oleh Hidayat Nur Wahid ataupun Roy Suryo. Apalagi Risma baru seumur jagung menjabat, dan beliaupun sudah langsung dihadapkan pada bencana yang datang silih berganti. Risma mungkin hanya ingin mengawali dengan cara yang sederhana, menyapa. Perkara menyusun program kerja dan sejenisnya mungkin bertahap akan juga ditunaikan. Meskipun ada waktunya juga bagi kita untuk mengingatkan. Akan tetapi Mensos sudah memiliki penjabaran tugas dan tanggung jawabnya. Tidak perlu ada "Lambe Turah" untuk memberikan definisi baru perihal apa yang seharusnya dan sepatutnya dilakukan.
Beberapa waktu setelah bansos dijarah Risma sudah mulai memperbaiki langkah dengan mengajak serta KPK untuk terlibat dalam pengawasan dana bansos. Meskipun belum sempurna paling tidak sudah ada itikad baik dari beliau. Sedangkan perkara keterlibatan Risma secara langsung kedalam aktivitas teknis semestinya tidak perlu terlalu dipersoalkan. Kalau Risma ingin ikut membungkus nasi pastilah itu tidak dilakukan seharian penuh. Beliau sebatas ingin mengakrabkan diri. Jika hal itu dipersalahkan maka yang lebih pantas untuk menerima hal itu adalah juru foto yang menyebarkannya. Lagipula ketika Risma ikut turut serta menunaikan kegiatan di lapangan belum tentu juga beliau melalaikan inti tugas utamanya sebagai Mensos.
Apakah agar tidak dinyinyiri lagi Risma harus mempublikasikan kegiatan beliau meeting ketika membahas strategi pengelolaan bansos bagi masyarakat berikut background layar presentasi yang mendukungnya? Rasa-rasanya tidak. Cukup bagi Risma untuk memberi bukti nyata bahwa kementeriannya tidak akan lagi secarut marut dulu atau menjadi lahan bancakan partai-partai yang barangkali akan memperdayainya. Mumpung masih seumur jagung menjabat, mumpung ada kesempatan membenahi banyak hal terkait aspek sosial di masyarakat, Risma harus bergegas bahwa Jokowi tidak salah memilihnya. Bukan semata untuk rakyat Jakarta, tapi untuk seluruh rakyat Indonesia.
Salam hangat,
Agil S Habib
Refferensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H