Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Ketika Anak Bos Besar Jadi "Newbie" di Tempat Kerja

Diperbarui: 20 Januari 2021   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar : www.cnbc.com

Bertemu dengan orang-orang baru dalam suatu pekerjaan adalah wajar mengingat dinamika kerja akan selalu memunculkan prosesi keluar masuk serta silih bergantinya karyawan lama dengan karyawan baru. Orang-orang pendatang baru mungkin akan membawa serta budaya lamanya atau sebaliknya mereka turut larut dalam budaya yang sudah ada.

Di sisi lain orang-orang baru tesebut umumnya dibebani harapan untuk membuat suatu perubahan, tentunya perubahan positif sehingga perusahaan bisa semakin berkembang dan menjadi lebih baik.

Layaknya sebuah iklim kerja profesional tentunya setiap masukan berharga akan diperhatikan dan sebaliknya. Sehingga semestinya setiap opini, argumentasi, ide, atau gagasan yang diutarakan akan senantiasa dipertimbangkan sisi positif maupun negatifnya tanpa memandang siapa yang menyampaikan.

Yang lebih diperhatikan adalah isi atau konten yang disampaikan. Apabila opini atau gagasan yang disampaikan memang masuk akal dan feasible dikerjakan, maka seharusnya tidak perlu dipermasalahkan dari siapa ide itu berasal.

 "Saat anak bos besar datang dan menjadi bagian dari pekerjaan kita maka hal itu memerlukan penyikapan yang sedikit berbeda dari biasanya. Ada keharusan untuk bersikap lebih diplomatis, normatif, sekaligus persuasif agar ketika terjadi silang pemahaman maka hal itu bisa dijembatani dengan lebih mudah." 

Setiap pekerjaan umumnya memiliki ciri khasnya masing-masing. Sehingga terkadang treatment yang dilakukan untuk setiap jenis pekerjaan adakalanya berbeda pula. Pihak-pihak berwenang khususnya pada tataran manajemen akan memiliki banyak pertimbangan saat hendak mencoba gagasan baru yang masuk ke mereka. Hitung-hitungan akan coba dilakukan untuk memeriksa apakah hal itu layak atau tidak dikerjakan.

Sehingga amat wajar kiranya apabila pihak manajemen begitu kritis dalam menyoroti aspek-aspek teknis yang memang memerlukan atensi secara mendetail. Oleh karena itu jangan terlalu kaget apabila ada proyek-proyek tertentu yang begitu mudahnya "ditendang" dan tidak disetujui oleh manajemen dengan alasan tidak feasible.

Jikalau sebatas ditolak mungkin wajar. Tapi apabila ditambahi dengan narasi pedas khas manajemen perusahaan maka hal itulah yang terkadang membikin jengah.

Apalagi jika penolakan itu diberikan kepada newbie, lontaran kata-kata seperti "Kamu masih baru, dan belum mengerti apa-apa kondisi disini.", atau "Kamu masih harus menggali informasi lebih jauh dan banyak belajar lagi.", dan beragam pernyataan sejenis lainnya.

Anak Baru tapi Anak Bos

Terkhusus untuk pihak manajemen perusahaan akan lebih mudah bersikap demikian saat mereka menghadapi pekerja yang berlatar belakang orang luar dan tidak memiliki ikatan apapun dengan mereka. Profesionlisme terkadang lebih mudah diterapkan saat bersama dengan orang-orang yang tidak memikili hubungan kedekatan apapun dengan kita selain hanya sebagai partner kerja semata.

Sebaliknya, keberdaan suatu ikatan tertentu yang lebih khusus punya kecenderungan memicu rasa segan, tidak nyaman, atau bisa jadi membuat seseorang kehilangan objektivitas. Sikap subjektif lebih berpotensi hadir tatkala seseorang berhadapan dengan sosok yang menurut mereka "butuh perhatian khusus".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline