Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Pentingnya Kurikulum Pengembangan Diri bagi Karyawan

Diperbarui: 6 Oktober 2020   01:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia adalah elemen terpenting dalam sebuah organisasi yang bisa sangat menentukan kualitas pencapaian kinerja| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

"Karyawan pun butuh dikembangkan. Bukan sebatas pada keterampilan, pengetahuan, atau wawasan kerja. Akan tetapi juga menyangkut karakter para karyawan agar mereka terus bertumbuh menjadi manusia seutuhnya. Bukan semata sebagai pekerja yang diperas keringat dan pikirannya dengan kompensasi sejumlah rupiah."

Hampir setiap perusahaan memiliki divisi yang terkait dengan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM). Baik itu dengan label Divisi Human Resources Development (HRD) atau mungkin disebut juga dengan Personalia. 

Idealnya, keberadaan dari divisi tersebut adalah berperan untuk mengoptimalkan keberadaan manusia sebagai sumber daya pendukung paling vital dari sebuah organisasi bisnis. 

Manusia adalah elemen terpenting dalam sebuah organisasi yang bisa sangat menentukan kualitas pencapaian kinerja dari organisasi tersebut secara keseluruhan. Sehingga tidak mengherankan apabila ada begitu banyak program-program pelatihan dan pengembangan diri yang ditawarkan khusus untuk satu elemen penting ini.

Akan tetapi tidak sedikit dari keberadaan HRD maupun Personalia yang belum menjalankan fungsi kerjanya secara optimal. Fokusnya masih cenderung pada absensi karyawan, kedisiplinan kerja, penegakan tata tertib perusahaan, dan sejenisnya. 

Sedangkan terkait dengan perbaikan kualitas SDM sendiri bisa dibilang cukup minim. Beberapa perusahaan mungkin memiliki cukup "kesadaran" untuk mengirimkan sebagian dari anggota timnya untuk berangkat mengikuti program pelatihan tertentu. 

Namun intensitasnya pun sepertinya bisa dihitung dengan jari. Padahal hampir semua organisasi bisnis mengharapkan produktivitas yang tinggi dari para pekerjanya. Sayangnya aspek-aspek penopang menuju hal itu masih jauh dari harapan.

Ketika suatu perusahaan merencanakan sebuah program pelatihan pengembangan diri, terkadang hal itu dilakukan tanpa perhitungan yang matang. Dalam artian sebatas mencari tahu kira-kira informasi, wawasan, dan keterampilan apa yang bisa menunjang perbaikan produktivitas kerja. 

Setelah itu akan dibuatkan materi seperti halnya anak sekolahan melalui presentasi, pretes, post tes, diskusi, tanya jawab, atau sejenisnya. Seiring dengan kompleksnya suatu organisasi bisnis, tidak jarang setiap program pelatihan itu diserahkan sepenuhnya kepada divisi-divisi terkait perihal apa-apa saja yang mereka butuhkan. 

Dengan load pekerjaan yang dimiliki oleh setiap divisi maka program pelatihan SDM menjadi terkesan sebagai suatu formalitas belaka. Asal memenuhi target jumlah pelatihan, yang penting peserta sudah menerima materi, atau lebih parah lagi jika sekadar memenuhi klausul dari sebuah syarat sertifikasi semata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline