Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Sebaiknya Karyawan atau Perusahaan Dulu yang Sejahtera?

Diperbarui: 16 September 2020   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi karyawan sejahtera | Sumber gambar : www.duniakaryawan.com

Sebagian dari kita tentu sudah sangat familiar dengan perkataan yang disampaikan oleh mendiang presiden Amerika Serika (AS), John F. Kennedy, yaitu Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan Kepadamu Tapi Tanyakan Apa yang Kamu Berikan Kepada Negaramu. Pernyataan itu begitu fenomenal sehingga diadopsi dalam banyak konteks yang lain termasuk diantaranya dalam lingkungan korporasi atau perusahaan. 

Sehingga tidak sedikit para owner bisnis yang mengatakan kepada para pekerjanya agar berdedikasi penuh terhadap perusahaan sehingga ketika perusahaan tersebut sejahtera maka secara otomatis para karyawan akan turut merasakan kesejahteraan itu. Dengan demikian sebenarnya cukup banyak pemahaman yang beredar luas diantara kalangan pemilik usaha yang menekankan kesejahteraan perusahaan sebagai prioritas utama ketimbang mengedepankan kesejahteraan para karyawannya.

Mengedepankan kesejahteraan perusahaan ketimbang karyawan bukan berarti mengabaikan kondisi kesejahteraan karyawan samasekali. Hanya saja fokus utama dari korporasi tersebut adalah bagaimana supaya kondisi perusahaan senantiasa mendapatkan porsi perhatian utama. Ketika ada keperluan karyawan yang perlu diperhatikan maka hal itu akan diabaikan dulu selama masalah yang dialami perusahaan belum tuntas. Hal ini sepintas memang masuk akal. 

Perusahaan sebagai sebuah "wadah" bagi sejumlah besar orang perlu diberikan perhatian lebih agar tetap bertahan mengayomi semua orang yang ada didalamnya. Akan tetapi jika melihat analogi ketika sebuah rumah yang terisi banyak orang terkena gempa bumi, maka yang diselamatkan pertama kali apakah rumahnya dulu atau para penghuninya? Tentunya para penghuninya dulu, bukan?

Tom Martin Charles Ifle atau bisa dikenal Coach Tom MC Ifle, seorang pelatih bisnis ternama tanah air mengatakan bahwa semestinya perusahaan itu lebih mengutamakan kesejahteraan karyawannya ketimbang perusahaan itu sendiri. 

Boleh jadi jumlah profit yang diperoleh perusahaan secara keseluruhan sedikit berkurang demi untuk memberikan kesejahteraan serta kenyamanan bagi karyawannya, maka hal itu akan mendorong antusiasme dan semangat kerja karyawan sehingga memberikan kontribusi lebih kepada perusahaan yang ditempatinya itu. Coach Tom menekankan bahwa alam semesta ini bekerja dalam sistem keseimbangan. 

Apa yang dikeluarkan oleh perusahaan terutama untuk kesejahteraan karyawannya suatu saat akan diseimbangkan oleh "energi alam" itu sendiri. Kesejahteraan dan kenyamanan itu tidak semata tentang gaji atau pendapatan, akan tetapi juga terkait hal lain yang memberikan nilai tambah bagi sang karyawan tersebut ataupun keluarganya.

Mekanisme keseimbangan yang diberikan alam semesta kepada si pemberi yang dalam hal ini adalah perusahaan kepada para karyawannya mungkin bisa diibaratkan dengan menanam sebiji buah apel di sebuah lahan. Ketika apel tersebut bertumbuh menjadi sebuah pohon dan berbuah, apakah buahnya menjadi hanya satu biji saja? Tentu tidak. Terkadang memang cara kerja membagikan kesejahteraan itu terlihat aneh bin ajaib. Seperti tidak masuk akal. 

Tapi disinilah fungsi keseimbangan alam semesta itu bekerja. Dalam prinsip ilmu sedekah, memberi satu akan mendapatkan balasan sepuluh kali lipat bahkan lebih. Prinsip ini berlaku universal dan dalam bentuk yang tidak selalu sama antara yang diberi dengan yang diterima. Hanya secara nilai tidak akan lebih buruk antara yang diterima dengan yang dibagikan. 

Sehingga perusahaan yang mengedepankan kesejahteraan bagi karyawannya suatu saat akan mendapati diri mereka cukup beruntung oleh imbal balik yang diberikan alam semesta melalui prinsip keseimbangannya. Inilah hukum kekekalan energi, dimana energi itu tidak akan hilang dan hanya berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Tinggal bagaimana sekarang apakah si owner perusahaan meyakini hal ini atau tidak.

Salam hangat,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline