Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Apa yang Bisa "Digugu" dan "Ditiru" dari Guru yang #DiRumahAja?

Diperbarui: 1 Juli 2020   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi guru mengajar | Sumber gambar: okezone.com

Sampai saat ini aktivitas belajar mengajar di sekolah masih belum kembali normal seperti sediakala. Meskipun sudah memasuki masa-masa tahun ajaran baru, belum tampak tanda-tanda bahwa sekolah akan dibuka kembali. 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui menterinya, Mas Nadiem Makarim, menyatakan bahwa hanya sekitar 6% saja dari total peserta didik yang diperbolehkan mengadakan kegiatan belajar dengan bertatap muka secara langsung. 

Dan mereka yang "beruntung" itu hanyalah sekelompok masyarakat yang berada di wilayah zona hijau persebaran virus corona COVID-19. Masih ada sekitar 94% lagi murid-murid yang mesti menjalankan kegiatan pendidikannya dari rumah seperti yang terjadi beberapa bulan terakhir ini. 

Demikian halnya dengan para guru pengajar yang juga masih harus mengajari anak didik mereka dari kejauhan. Memantau perkembangan mereka dari kejauhan. 

Meski belum jelas betul apakah metode pembelajaran jarak jauh ini efektif untuk mengajarkan nilai-nilai lain yang lebih bersifat intrinsik sebagaimana filosofi yang tersimpan dibalik sebutan "guru" yang semestinya menjadi sosok yang dipercaya segala petuahnya, serta menjadi sosok teladan yang baik bagi semua murid-muridnya. 

Peran guru menemukan tantangan besar seiring keterbatasan jarak yang menghalangi. Teknologi mungkin bisa menghadirkan solusi atas hal itu, namun sepertinya belum benar-benar solutif untuk menuntaskan setiap tantangan yang ada. Terutama perihal penyampaian peran penting atas sosok guru untuk mengajarkan hal-hal lain diluar teknis pendidikan.

Bapak dan ibu guru di sekolah memang berperan menyampaikan materi pembelajaran kepada murid-muridnya. Mengajari mereka cara memahami suatu pengetahuan, mendidik mereka cara untuk menghitung, dan lain sebagainya. Namun lebih dari itu "gerak-gerik" seorang guru juga tidak kalah pentingnya. 

Setiap tutur kata, sikap, dan perilaku seorang guru akan senantiasa menjadi rujukan sikap para anak didik di sekolah. Percuma saja apabila seorang guru cekatan dan cerdas dalam menyampaikan materi-materi pelajaran namun tidak memiliki attitude yang mumpuni untuk memberi keteladanan bagaimana bersikap menjalani hidup. 

Intensitas dan proses pertemuan yang rutin dan secara langsung lebih memungkinkan bagaimana seorang murid mengagumi gurunya, meniru sikapnya yang mulia, dan mengadopsi perilaku serta tutur katanya yang santun. 

Apabila pertemuan antara guru dan murid sebatas dilakukan lewat video conference atau terlebih sebatas melalui tulisan maka koneksi itu akan tereduksi sebatas komunikasi fisik semata. Komunikasi "batin" yang esensial kemungkinan kurang mendapatkan porsi sebagaimana seharusnya.

Peran penting seorang guru dalam pendidikan sudah dijabarkan oleh Ki Hadjar Dewantara melalui semboyan ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Ketiga hal itu tidak sekadar menjabarkan peran guru pada aspek penyampaian materi akademik semata, melainkan juga menyangkut pendidikan karakter. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline