Problematika kehidupan akan senantiasa kita hadapi. Kemarin, hari ini, esok, dan dalam waktu-waktu mendatang hal itu sangat mungkin akan terjadi pada diri kita. Permasalahan pekerjaan, kesulitan memperoleh penghasilan, konflik dengan orang lain, dan lain sebagainya hanyalah segelintir hal yang mungkin membebani pikiran kita.
Sehingga tidak jarang dari kita yang lantas merasa frustasi, hingga lantas mengutuk kehidupannya sendiri. Padahal semua itu hanyalah bagian kecil dari kehidupan ini. Ujian hanyalah salah satu alasan dibalik keberadaan kita di dunia. Dan maksud dari keberadaan kita tentu bukanlah sesuatu yang sia-sia atau remeh temeh belaka. Pasti ada hal besar yang direncakan oleh-Nya. Untuk itu kita pasti dibekali dengan hal-hal yang menurut-Nya perlu untuk menunjang hal itu.
Tidak sedikit dari kita yang selalu khawatir akan "jatah" makan esok hari. Sedangkan setiap makhluk yag tercipta itu pasti sudah dibekali dengan rezekinya masing-masing. Tinggal usaha kita seperti apa dan sejauh mana kita bersabar tatkala ujian semacam itu datang. Demikian halnya dengan suasana hati.
Kebahagiaan terkadang dikait-kaitkan dengan keberlimpahan harta, ketinggian jabatan, besarnya popularitas, dan lain sebagainya. Dengan kata lain alasan untuk bisa menghadirkan sesungging senyum lambat laun semakin berat. Padahal dahulu ketika masih kecil teramat mudah kiranya kita menghadirkan senyum serta melahirkan tawa. Seolah kehidupan ini tanpa beban. Begitu lepas.
Bagaimana kita akan hidup esok hari? Pertanyaan semacam itu sepertinya sudah sangat jamak terngiang didalam pikiran kita. Seakan-akan kita melupakan bahwa kita semua sudah memiliki jatah rezekinya masing-masing. Dan kita pasti akan terus hidup apabila jatah rezeki itu belum habis.
Kita hanya perlu mengingat bahwa kehidupan ini adalah bagian dari anugerah besar yang diberikan-Nya pada kita. Seringkali kita mendambakan rahmat-Nya, padahal setiap tarikan nafas yang masih bisa kita rasakan itu adalah rahmat. Kita banyak melupakan yang selama ini sudah kita punya dan cenderung memburu apa yang tidak kita miliki. Meski sebenarnya sah-sah saja untuk memiliki ambisi, hanya saja hal itu harus dibarengi keyakinan bahwa kita hidup hari ini dengan sebuah rahmat besar dari-Nya. Kita hanya butuh untuk bersyukur.
Alasan untuk bahagia itu sangat banyak. Maka jangan pernah kekurangan alasan itu. Membaca tulisan ini saja dengan mata yang masih bisa melihat, otak yang masih berfikir, dan anggota tubuh yang masih bergerak sudah lebih dari cukup untuk menjadi alasan itu. Rasakan kedalam hati bahwa kebahagiaan itu ada disana selama kita mampu untuk menemukannya. Jalan menuju itu sangat mudah. Renungkan betapa seluruh kehidupan ini adalah milik-Nya. Cukup bagi kita berjalan diatas muka bumi ini dengan segenap rasa syukur.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H