Ekonom senior Rizal Ramli (RR) memutuskan untuk tidak menghadiri debat dengan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) yang sayaogyanya bakal dilaksanakan kemarin (11/06). RR berkilah bahwa hal itu ngawur karena LBP tidak melakukan koordinasi dengan dirinya sebelumnya. Padahal beberapa hari terakhir RR berkoar terkait ajakan untuk debat mengenai topik utang negara. Dalam sebuah unggahan twitter miliknya bahkan RR pernah mengatakan kalau dirinya kalah dalam debat maka ia tidak akan lagi mengkritik kebijakan pemerintah.
Sebaliknya, apabila LBP yang kalah maka tim ekonomi Presiden Jokowi dan LBP harus undur diri dari posisinya. Situasinya terasa begitu menarik perhatian banyak kalangan. Tidak sedikit yang menantikan momen panas perdebatan kedua "mazhab" ekonomi tersebut. Sayangnya, kesempatan langka itu sirna seiring ketidakhadiran Rizal Ramli.
Kalangan yang kontra dengan sikap RR selama ini pun tak ayal menjadikannya sebagai kesempatan untuk meledek sang begawan ekonomi. Meskipun begitu RR tetap kukuh terhadap pendiriannya untuk tidak menghadiri debat. Menurutnya, sudah ada jadwal "resmi" terkait rencana debat tersebut yaitu pada tanggal 24 Juni 2020 dengan dipromotori oleh aktivis Pro Demokrasi (ProDem).
Pada acara 24 Juni itu RR akan berdebat dengan satu paket tim ekonomi Jokowi termasuk LBP, Menteri Keuangan (menkeu) Sri Mulyani, dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Seandainya posisi RR dan LBP dibalik, akankah LBP tetap menghadiri acara debat kemarin itu? Atau LBP akan menempuh cara serupa dengan yang dilakukan oleh RR?
Terkadang saya pribadi merasa aneh dengan hal ini. Haruskah debat semacam ini dilakukan? Perlukah debat tersebut ditunjukkan ke hadapan publik? Adakah manfaatnya? Barangkali hal itu hanya menjadi ajang untuk saling mempermalukan satu sama lain. Sekaligus memaksa salah satu pihak untuk mundur dari sikap yang diyakininya selama ini atau minimal menenggelamkan diri "acara" saling perang kata-kata satu sama lain.
Padahal seandainya pun tim ekonomi kalah debat, belum tentu juga Presiden Jokowi mengizinkan orang-orangnya untuk mengundurkan diri. Jikalau hal itu sampai terjadi maka kondisinya akan semakin rumit. Ketika tim ekonomi Jokowi ternyata kalah debat dan mereka masih dipertahankan oleh presiden entah seperti apa pemberitaan yang akan terjadi.
Mestinya, ketimbang berdebat hal itu seharusnya diupayakan adanya titik temu. Menemukan solusi positif bagi bangsa ini. Bukan malah mengedepankan ego masing-masing.
Alternatif ke-3, demikian Steven R. Covey mengistilahkan situasi semacam ini. Alternatif yang bukan memihak salah satu pihak tetapi alternatif yang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak. Mungkinkah? Mungkin saja, selama kita bersedia untuk mencobanya. Bisa jadi sebenarnya solusi permasalahan bangsa ini bukan seperti yang dipahami oleh masing-masing pihak. Akan tetapi solusi itu masih belum tersentuh untuk dibicarakan oleh para elit bangsa ini. Pertanyaannya sekarang, bersediakah kita semua untuk saling bersinergi?
Salam hangat,
Agil S Habib
Refferensi :